PWMU.CO -Dampak musim kemarau panjang mulai dirasakan masyarakat pelosok Daerah Istimewa Yogyakarta seperti Gunung Kidul.
Alumni 83 SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta membuat program Peduli Air Bersih kepada warga Dusun Tileng, Girisubo, Gunung Kidul, Ahad (29/9/2019).
Bantuan air bersih menggunakan truk tangki berkapasitas 5.000 liter untuk mendistribusikan air bersih ke masyarakat.
Pemberian air bersih tersebut diterima oleh Sutardi mewakili RT 02 RW 10 Dusun Pugeran, Desa Tileng, Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul, yang selanjutnya diserahkan kepada 21 KK.
“Kami sangat mengapresiasi bantuan dari alumni 83 SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Semoga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan warga,” ungkap Sutardi.
Salah seorang warga, Edi menyatakan terima kasihnya atas bantuan air bersih dari alumni 83 SMP Muhi Yogyakarta. “Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan berupa air bersih yang sangat dibutuhkan,” ujarnya.
M Wafa’, alumnus SMPM 1, mengatakan, setelah bantuan air, program jangka panjang untuk mengurai krisis air bersih di Gunung Kidul berupa pembangunan sumur.
Sementara Wakil Bupati Gunung Kidul Dr H Immawan Wahyudi MH yang mengikuti acara ini mengatakan, minimnya curah hujan mengakibatkan kekeringan melanda sebagian wilayah di Kabupaten Gunung Kidul.
Menurut dia, setidaknya 10 dari 18 kecamatan di Gunung Kidul kekeringan dan berpotensi krisis air bersih. Kecamatan yang kekeringan paling parah bagian selatan seperti Girisubo, Rongkop, Tepus, Tanjungsari, Panggang, dan Saptosari.
“Kebanyakan sumur galian warga sudah mengering dan warga ada yang mengandalkan PAM desa namun debitnya tidak mencukupi untuk keperluan satu desa,” kata Immawan Wahyudhi.
Dijelaskan, sebagian warga juga sudah membeli air sejak Januari 2019 dengan merogoh uang Rp 150 ribu sampai Rp 350 ribu per tangki. Biasanya, satu tangki air untuk satu keluarga hanya mencukupi kebutuhan mereka selama dua pekan.
Jika warga mengandalkan droping air bersih, mereka harus menunggu lama. Sebab bantuan hanya datang sebulan sekali. Beberapa warga pun ada yang mengambil air ke desa sebelah jika masih ada stok lebih. Itu pun mereka harus menempuh jarak jauh sekitar 2 – 5 kilometer. (*)
Penulis Affan Safani Adham Editor Sugeng Purwanto