PWMU.CO – Kegiatan keputrian siswi SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Jumat siang ini (4/10/19), tampak berbeda. Biasanya secara berkelompok mereka berbagi ilmu tentang sisi kewanitaan dan problematikanya bersama teman dan guru pendamping. Namun, kali ini mereka kehadiran tamu istimewa mahasiswa asal Afghanistan, Zala Shinwari.
Foreigner (warga asing) yang baru datang ke Indonesia dua bulan ini berbagi tentang serba-serbi kehidupan islam di negara Afghanistan kepada 87 siswi kelas VIII Spemdalas.
Bertempat di Perpustkaan Taman Ilmu Spemdalas, Zala menjelaskan mayoritas masyarakat Afghanistan beragama Islam, yakni hampir sekitar 99 persen. Karena itu saat di Spemdalas ia pun merasa senang karena dapat bertemu dengan saudara seakidahnya.
“I am happy, the family here is very friendly, kind. Lots of people say salam everywhere,” ujarnya senang karena warga di sini sangat ramah dan baik. Di mana-mana banyak yang menyapa dan mengucapkan salam.
Mahasiswa S2 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya ini menerangkan, kehidupan umat Islam di negaranya yang terletak di Asia Tengah itu hampir sama dengan di Indonesia.
Mereka banyak beraktivitas di masjid. Anak-anak juga bersekolah. Hanya saja, disana ada pemisahan setiap aktivitas laki-laki dan perempuan termasuk di sekolah. Pada daerah-daerah tertentu, ada pelarangan terhadap anak perempuan yang bersekolah, sehingga hanya laki-laki saja yang dapat pergi belajar di sekolah.
Zala kemudian menjelaskan saat ini pemerintah Afghanistan masih berada dalam kendali Amerika Serikat. Ada beberapa distrik yang dikuasai oleh kelompok Taliban. Hal inilah, menurutnya, yang mengakibatkan kerusuhan dan kekacauan di negara Afghanistan.
“Sometimes there are attacks suddenly, this is disturbing social life in Afghanistan,” terangnya. Dia menjelaskan, kadang terjadi penyerangan tiba-tiba, inilah yang mengganggu kehidupan sosial di Afghanistan.
Zala tidak tahu pasti mengapa itu terjadi berkepanangan. Menurutnya adanya kendali dari Amerika Serikat terhadap pemerintahan Afghanistan inilah sehingga membuat kehidupan sosial peribadahan umat Islam di sana akhirnya kacau balau.
Hal ini pula yang mendasari pilihan jurusan yang ia ambil untuk program magisternya di Indonesia. Perempuan berusia 26 tahun ini mengambil Jurusan Psikologi karena melihat gejolak kemanusiaan dan gangguan kehidupan sosial di Afghanistan yang sering dia amati.
“The psychology department was not popular in my country. But it was close to the science of humanity. It interesting to learn,” terangnya. Jurusan Psikologi itu tidak terkenal di negaranya, tapi dekat dengan sisi kemanusiaan sehingga menarik untuk dia pelajari.
Penanggungjawab kegiatan keputrian Dra Munawaroh menyampaikan dia bersyukur dapat berinteraksi langsung dengan orang Afghanistan. “Alhamdulillah dapat mendengar langsung dari sumbernya tentang fakta yang berkembang tentang kehidupan umat Islam di Afghanistan. Ini penting buat generasi milenial saat ini untuk semakin teguh memegang perintah Allah,” katanya
Menurut Koordinator Pembiasaan Spemdalas ini, hadirnya Zala Shinwari selain memberikan gambaran tentang kehidupan perjuangan umat Islam di belahan negara lain juga membangun spirit generasi milenial dalam memegang teguh ajaran Islam.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Naura Cindy Putri Qonitah. Siswa kelas VIIIF ini mengatakan kehidupan di negara Afghanistan ini belum stabil. Kemerdekaan menjalankan kehidupan di sana masih diliputi kekhawatiran. “Di Afghanistan ini masih ada penjajahan, sama halnya dengan di Indonesia masih dijajah oleh electronic enemy yakni HP,” ujarnya. (*)
Kontributor Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.