PWMU.CO – Kiprah Persarikatan Muhammadiyah semakin diperhitungkan, baik di kancah nasional maupun internasional. Bahkan, kini gerakannya menjadi referensi dalam sikap dan pemikiran bangsa.
Advokasi Muhammadiyah terhadap kasus penganiayaan Siyono, konsistensinya dalam mengawal proses pemberantasan korupsi, atau jihad konstitusi yang dilakukan, adalah bukti langkah-langkah tersebut.
(Baca: Dirobohkannya Masjid Kami, Sebuah Kisah Nyata Intoleransi Mayoritas pada Minoritas dan Kisah Terusirnya Tokoh Muhammadiyah Yungyang dari Mushala, tapi Akhirnya Dapat Hadiah Masjid)
“Maka pimpinan dan warga Muhammadiyah harus mengimbangi dengan meningkatkan kualitas diri dan memperkokoh barisan,” kata Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Modo Drs Ali Shodiqin dalam kajian pertama kegiatan Rihlah Ramadhan 1437, yang dilaksanakan di Masjid Attaqwa Muhammadiyah, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sumberejo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan, Sabtu (25/6).
“Kalau shaf kuat, insyaallah tidak mudah terprovokasi dan ditembus oleh ‘musuh’ Islam,” kata Ali sambil menekankan bahwa setiap kader, baik pimpinan dan warga, harus bangga menjadi bagian dari harakah Muhammadiyah. “Bukan merongrong dan menyebar virus.
(Baca juga: Tentara Ini Jadi Ketua Ranting Muhammadiyah dan Wakafkan Rumah-Tanahnya untuk Dakwah dan Ketika Para Siswa Diajak Masuk dalam Dunia Bawah Sadar)
Di akhir ceramahnya, Ali memberi contoh bagaimana warga Muhammadiyah untuk berbuat nyata agar bangga dengan Persyarikatan. “Warga Muhammadiyah harus mampu menggerakkan pengajian di tiap-tiap mushala dan masjid. Serta berperilaku baik sehingga menjadi contoh umat lain,” katanya (M Su’ud)