PWMU.CO – Syariat Islam sangat memperhatkan kebersihan dan kesehatan. Hal itu tercermin dari pembahasan thaharah (bab bersuci) yang selalu terdapat di bagian pertama kitab-kitab fikih.
Hal itu disampaikan Mudir Pondok Modern Muhammadiyah Paciran KH Ahmad Munir dalam acara Workshop Pesantren Sehat Berkemajuan bertajuk Mewujudkan Pondok Pesantren Sehat Berkemajuan: Sehat Santrinya Kuat Bangsanya di Pondok Pesantren Muhammadiyah Paciran, Lamongan, Selasa (8/10/19).
Ustadz Munir menjelaskan, thaharah mencakup beberapa hal tentang najis seperti kencing, buang air besar, darah haid, dan darah nifas. “Semua itu diajarkan supaya untuk menjauhkan atau membersihkan diri dari benda-benda najis itu,” ujarnya.
Syariat Islam sangat memperhatikan kencing dan buang air besar. “Misalnya dilarang kencing dan buang air besar di sembarang tempat, karena bisa mendatangkan laknat,” terangnya.
Dengan mengutip Nabi SAW ia menjelaskan tentang larangan itu. “Jauhilah dua hal yang menyebabkan laknat yaitu berak di jalan, di tempat orang berenang, di tempat dan di bawah pohon yang berbuah. Ini semua tidak lepas dari kebersihan dan kesehatan,” jelasnya.
Dia melanjutkan, istinjak (membersihkan bekas buang air besar dan kecil) diwajibkan karena itu merupakan kebersihan dan kesehatan. “Wudhu juga tidak lepas dari kebersihan. Contohnya, berkumur untuk memberisihkan mulut. Menghirup air di hidung yaitu untuk memberisihkan debu yang masuk dan untuk mengangkat debu jangan sampai masuk ke paru-paru. Jadi, hidungnya selalu basah,” ungkapnya.
Munir menceritakan, selama 24 tahun ia tidak pernah pilek sejak tahun 1995. Padahal sebelumnya mudah pilek, buat sepedahan kena debu pilek, ada hujan sedikit pilek (flu),” ucapnya.
Dia memberikan resepnya, yaitu istinsyaq, menghirup air hangat kira-kira satu pekan setelah itu dengan air biasa. “Caranya dihirup sedalam-dalamnya kecuali dalam puasa tidak boleh, kemudian dibiarkan sampai drewes (keluar) sebentar lalu ditiupkan minimal tiga kali,” jelasnya.
Setelah melakukan itu, Ustadz Munir mengaku tidak pernah pilek sampai sekarang walaupun terkena hujan. “Itu hikmanya wudhu. Dan Islam tidak lepas dari kebersihan dan kesehatan,” terangnya.
Dia melanjutkan, khitan juga menjadi syariat Islam untuk kebersihan dan untuk memudahkan hubungan antara suami istri. “Memotong kuku juga anjuran Nabi SAW,” ujarnya.
Bukan hanya itu. Makan minum juga diatur. “Makan dan minumlah tapi jangan berlebihan,” ujarnya mengutip Alquran. Kalau berlebihan, tambahnya, bisa sakit.
Dia juga menyitir hadits Nabi SAW yang melarang meniup makanan dan minuman. “Ini ada kaitannya dengan kesehatan. Sampai dengan hubungan suami istri ketika istri dalam keadaan haid jangan dicampuri itu dilarang dalam Alquran karena darah itu penyakit,” terangnya.
Demikian juga dengan puasa. Ada hikmanya untuk kesehatan. “Kata Nabi puasalah maka akan sehat, bahkan puasa bisa dijadikan obat diabetes (penyakit gula). Kalau Anda kena penyakit diabetes, maka biasakan puasa daud yaitu sehari puasa sehari tidak,” pesannya.
Workshop Pesantren Sehat Berkemajuan yang diselenggarakan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan ini akan berlangsung hingga Kamis (10/10/19). (*)
Kontributor Slamet Hariadi Editor Mohammad Nurfatoni.