PWMU.CO – Pejuang dakwah Tamat Anshory Ismail (73) telah wafat, Rabu (9/10/19). Namun kenangan para juniornya terhadap tokoh pergerakan Islam dan pengusaha ini tak kan pernah hilang.
Pewaris darah Masyumi di Jawa Timur ini tetap energik di masa tuanya. Bahkan di masa sakit masih sempat menghadiri pertemuan-pertemuan dengan aktivis pergerakan Islam.
Dia juga pernah menjadi pembina Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PWM Jawa Timur di masa kepemimpinan Dr Syafiq A. Mughni.
Di mata para aktivis, Tamat Anshoriy bersemangat melakukan kaderisasi. Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jawa Timur H. Sudarno Hadi menyebutkan, cara kaderisasi yang dilakukan dengan mendelegasikan tugas keumatan kepada orang yang dipercaya.
”Beliau susah percaya dengan orang tapi jika sudah percaya maka semua akan diserahkan,” ujarnya.
Sudarno sendiri termasuk orang yang mendapat limpahan kaderisasi itu. Dia pernah menggantikan Tamat Anshory menjadi Ketua DPW Partai Bulan Bintang Jawa Timur. Kini dia mewarisi jabatan Ketua DDII Jawa Timur sejak 2018. Sebelumnya jabatan itu dipegang Tammat tahun 2013-2018.
Sudarno merasakan karena ini amanat maka harus dijalankan dengan baik. Lewat kaderisasi seperti ini dia merasakan mendapat tantangan sehingga membuatnya harus berpikir dan berkembang.
Senada disampaikan Prof Dr Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS. Pakar Ilmu Kelautan ini mengatakan mengenal Tamat Anshori sejak mahasiswa.
”Saya kenal Pak Tamat sejak mahasiswa, sekitar 35 tahun silam. Sebelum HMI memperkenalkan masalah-masalah umat, Pendidikan Tinggi Dakwah Islam (PTDI) dimana dia menjadi pengurus telah ikut memaparkan saya pada tugas yang diemban oleh pemuda Muslim di Indonesia,” katanya
Pak Tamat, menurut dia, banyak melakukan kaderisasi. ”Dan saya termasuk muridnya. Salah satu tokoh yang buat saya nyaman dengan pergerakan ini. Beliau mau ngobrol dengan anak muda seperti saya sama seperti anaknya. Saya merasa bangga sebagai muridnya,” ungkapnya.
Daniel juga termasuk orang mendapatkan amanah. ”Terakhir adalah permintaan beliau agar saya mau ikut ngopeni PTDI,” katanya. Permintaan itu diterimanya dan kini Daniel menjadi Ketua PTDI Jawa Timur. Tugasnya menghidupkan lagi diskusi masalah keumatan lewat lembaga ini.
Ketua Orwil ICMI Jawa Timur H Ismail Nachu juga akrab dengan Tamat. Dari semasa mahasiswa hingga menjadi pengurus ICMI tetap kontak. Menurut, Tamat Anshori tokoh pergerakan yang konsisten dan militan.
“Beliau pernah di DPRD Jatim dari Partai Bulan Bintang. Bisa jadi politisi teladan dengan tidak terseret dalam budaya legislatif yang korup. Vokal dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. Itulah keteladanan yang diberikan kepada kita,” ungkapnya.
Dia mengatakan, mengenal dunia pergerakan mahasiswa juga terinspirasi darinya. Dijelaskan, Pak Tamat ini menjadi jujukan para mahasiswa untuk diskusi maupun minta sumbangan untuk kegiatan.
Saat Ismail Nachu menjadi Ketua Korwil PII Jawa Timur sangat intensif berkomunikasi dengan seniornya ini. Dia sering diajak jalan menemui beberapa tokoh. Berdiskusi. Dari situlah kematangan organisasi dan wawasan pergerakannya makin tumbuh matang.
Dia pernah diajak ke Jakarta menemui M. Natsir, Anwar Harjono, dan tokoh-tokoh Masyumi lainnya. Ini menjadi pengalaman berharga yang tak pernah lupa dalam hidupnya.
Ustadz Alfian Tanjung juga mengatakan Tamat Anshory sebagai seniornya di PII angkatan tahun 60-an. Alfian sendiri aktif di PII tahun 80an. ”Beliau sangat dikenal menyatu dengan gerakan Islam secara umum. Beliau ada di berbagai elemen umat,” ujar Alfian yang baru bebas dari penjara ini.
Menurut dia, Tamat selalu ada di garis perjuangan umat Islam secara konstitusional maupun peran dakwah advokasi keumatan dalam negeri maupun luar negeri. Dulu pernah menggalang perjuangan Muslim Bosnia. Juga aktif menggalang dana untuk membantu bencana atau pembangunan masjid.
“Yang jelas beliau sangat care dengan persoalan politik. Penerus ruh Masyumi. Punya visi politik keumatan yang pas,” ungkapnya. (*)
Kontributor Syahroni Nur Wachid Editor Sugeng Purwanto
Discussion about this post