PWMU.CO– Berdakwah tidak harus menjadi mubaligh. Menjadi guru dengan membina siswa di sekolah merupakan ladang dakwah.
Hal itu disampaikan Ketua Majelis Tabligh PDA Kabupaten Malang Supraptiningsih dalam kajian rutin untuk guru Aisyiyah Boarding School Malang (ABSM) bertempat di masjid sekolah, Sabtu (12/10/2019). Acara diikuti 20 guru dan karyawan.
Menurut dia, kalau sudah masuk amal usaha Muhammadiyah dan Aisyiyah wajib mengikuti aturannya. Muhammadiyah dan Aisyiyah itu merupakan gerakan dakwah. Orang-orang yang berada di dalamnya harus menjadi juru dakwah.
“Jadi pendakwah tidak harus seorang mubaligh atau muballighot. Bapak ibu sekalian ini juga merupakan seorang pendakwah, dakwah pada siapa? Ya pada anak didik yang sekarang panjenengan didik,” tuturnya.
Karena itu Supraptiningsih menganjurkan agar memperbaiki niat menjadi guru atau karyawan di sekolah ini. Niat untuk menjadi guru dan karyawan pendakwah. Bukan sekadar bekerja mencari nafkah.
”Pengelola ABSM harus bisa mewarnai sekolah ini dengan nuansa Muhammadiyah dan Aisyiyah,” tandasnya.
Dia mencontohkan, pemasangan foto Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah menjadi ciri sekolah Muhammadiyah. Orang masuk sudah merasakan nuansa Muhammadiyah.
Selain merasakan nuansa fisik, dia menambahkan, mewarnai jati diri, perilaku guru, karyawan dan siswa dengan karakter Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Karakter itu, sambung dia, seperti terkandung dalam surat Al Mukminun. Seperti khusyuk dalam shalat, menghindari perkataan yang tidak penting, memegang teguh janji, setia pada pasangan, dan memelihara shalat.
Ditegaskan, membina sumber daya manusia di ABSM merupakan tanggung jawab Aisyiyah Kabupaten Malang. ”Kami tidak mau ada yang bilang, jangan hanya mampu mendirikan sekolah, tapi tidak mampu untuk membina karakter sumber daya manusia yang mengelolanya,” tandasnya. (*)
Penulis Moh. Anis Editor Sugeng Purwanto