PWMU.CO-SD Inovatif Aisyiyah Kedungwaru Tulungagung mengadakan shalat Istisqa bertempat di halaman sekolah, Sabtu (2/11/19).
Kegiatan ini dihadiri pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kedungwaru, Lazismu Tulungagung, Komite dan wali murid.
”Shalat ini inisiatif Komite Sekolah yang prihatin dengan kekeringan di Tulungagung,” kata anggota Komite Sekolah Ardiyan.
Meski pada awalnya sempat agak ragu karena di Tulungagung beberapa daerah sisi barat sudah hujan namun sisi tengah utara belum hujan sama sekali.
Imam shalat Ustadz Aminudin Aziz SP, ketua Komite. Khotib Ustadz Nuraini Saechu MPdI, sekretaris PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Tulungagung.
Pukul 07.00 sudah mulai. Awan di langit sudah mendung saat mulai shalat. Sehingga diingatkan kepada jamaah untuk tidak membubarkan diri jika dalam shalat sudah hujan.
Dalam khotbahnya Ustdaz Nuraini mengatakan, musibah kekeringan tahun ini cukup mengkhawatirkan karena berdampak kepada kebakaran. Disengaja maupun tidak. Dilakukan oknum warga maupun perusahanaan. ”Bahkan hutan di gunung-gunung juga terbakar,” katanya.
”Zina merupakan salah satu penyebab penyakit thoun yang sering dinamakan sekarang dengan AIDS,” tambahnya. Dengan penyakit itu manusia menjadi sengsara dan penyebab musibah itu datang. Musibah kekeringan ini bisa saja dari perilaku suka dengan zina.
Khotib yang juga kepala MAM (Madrasah Aliyah Muhammadiyah) Bandung Tulungagung ini juga mengutip sebuah hadits. ”Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka. Tidaklah mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan.”
Kekeringan tahun 2019 ini begitu panjang, sambungnya, siapa tahu dari kebiasaan mengurangi timbangan. Akibatnya kesulitan hidup terjadi.
Paceklik zaman dulu karena susahnya memenuhi kebutuhan tersier, membangun usaha dan menyekolahkan anak. Kebutuhan anak sekolah saat ini meningkat. Belum lagi gaya hidup juga menuntut kebutuhan yang lebih. Dan itu begitu susah.
Khotib menyitir hadits di atas bahwa kekeringan ini juga akibat dari perbuatan menahan zakat. Allah pun enggan menurunkan hujan kalau bukan karena hewan dan tumbuhan maka tidak akan diturunkan hujan sama sekali.
”Tugas guru menanamkan kepada anak didik untuk membiasakan gemar infak. Entah sepekan sekali atau bagaimana perlu ditanamkan agar kelak ketika sudah kaya mereka bisa gemar berinfak dan berzakat,” tambahnya.
Mengakhiri khotbahnya dia membacakan ayat, ”Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan jangan kamu berpaling dengan berbuat dosa.”
Dia berpesan kepada jamaah untuk memperbanyak istighfar agar diampuni dosa sehingga Allah tidak menurunkan musibah berkepanjangan. Jika menurunkan hujan juga hujan yang baik lagi manfaat.
Khotbah ditutup dengan doa permohonan agar diturunkan hujan yang bermafaat dan hujan yang tidak mendatangkan musibah.
Setelah turun dari mimbar ada penyerahan simbolis berupa infak dari warga Babadan, Kecamatan Karangrejo-Tulungagung yang diwakili oleh Ustadz Nuraini Saechu sejumlah Rp 1.040.000 kepada Lazismu Tulungagung. (*)
Penulis Muslih Marju Editor Sugeng Purwanto