PWMU.CO – Ber-Islamlah dengan baik dan benar: berlandaskan ilmu, berbuah amal, dan dilakukan dengan ikhlas.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpnan Pemuda Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur Dicky Syadqomullah SHI MHES saat mengisi Kajian Ahad Pagi yang diselenggarakan Pimpnan Cabang Muhammadiyah Wiringnanom, di Halaman SD Muhammadiyah 1 Wringinanom, Gresik, Ahad (10/11/19).
Mas Dicky—dia biasa dipanggil—menyitir Alquran surat Albaqarah ayat 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”
Dari ayat tersebut dia menegaskan ada dua pelajaran bagi kita, “Pertama, ber-Islamlah dengan baik dan benar, serta jangan mengikuti setan,” ungkapnya.
Dia menjelaskan menjadi Muslim yang baik harus berilmu dan beramal. “Puasa itu baik, tapi kalau dilakukan tujuh hari tujuh malam tanpa makan dan minum ya salah, karena tidak ada ilmunya,” tandasnya.
Dia menganalogikan ilmu tanpa amal seperti adonan tepung, gula, air dan lainnya yang tidak mungkin bisa menjadi donat kalau dibiarkan begitu saja.
“Setelah setiap amal ibadah dilakukan berdasarkan ilmu, maka ketika mengerjakannya harus dengan ikhlas,” tambahnya, sembari mencontohkan sedekah yang ikhlas itu seperti dua tangan, yang kanan memberi tapi yang kiri tidak tahu.
Hal kedua yang dia jelaskan dari ayat tersebut adalah larangan untuk mengikuti langkah-langkah setan. “Setan itu ndelik ketika ada orang ngaji, tapi ketika shalat justru mereka datang menggoda,” tuturnya.
Ibarat handphone, sambungnya, iman kita ini perlu di-charge. Caranya dengan ngaji dan orang Islam itu harus suka ngaji, biar setan takut kepada kita” ujarnya.
Dia menambahkan setan itu menggoda manusia dari empat penjuru. Dari depan dengan jalan maksiat, dari belakang dengan riyak (gila pujian), dari kanan diuji dengan urusan yang mubah dan dari kiri dengan ibadah (agar disebut ahli ibadah).
Menurutnya, manusia paling senang dipuji dari pada dikritik dan pujian membuat orang lupa diri. “Ada orang yang sudah haji berkali-kali, kalo tidak dipanggil Pak Haji ngamuk. Dan saya yakin jamaah di sini tidak seperti itu,” kata dia. (*)
Kontributor Heri Siswanto. Editor Mohammad Nurfatoni.