PWMU.CO – Di tahun 60-70-an blantika sepakbola di Jawa Timur pada umumnya, dan khususnya di Surabaya, diramaikan oleh beberapa persatuan sepakbola (PS) yang kondang namanya.
Antara lain: PS Hizbul Wathan (PSHW), PS Asyabbab, PS Naga Kuning (Suryanaga), dan PS IM (Indonesia Muda). Keempat tim ini selalu berada di papan atas kompetisi Kelas Utama Persebaya.
Selain itu, klub yang ikut berkompetisi di kelas utama ada PS Bintang Timur, PS Mars, PS AD (Angkatan Darat), dan PS AL (Angkatan Laut).
PSHW di era itu sangat disegani klub-klub lain, lantaran mempunyai aset pemain bal-balan bertalenta tinggi. Sebut saja: Anjiek Alinurdin (striker), alm Usman, Muchid (gelandang), Wantoyo (winger), Junaidi Abdillah, Jacob Sihasale, Waskito (senterpor), Risdianto (winger), Hadi Purnomo dan Suharsoyo (keeper) serta Rusdi Bahalwan, Joko Susilo dan, Nadir (pemain belakang).
Masa keemasan PSHW ini dinakhodai oleh pengurus yang sangat amat ‘gila’ bola. Di antaranya almarhum Muhammad Gazali Dalimunthe (MGD, ketua umum), almarhum Manan Chamid (bendahara umum), almarhum Amin Kaprawi (sekretaris umum) dan menejer tim Asmara Hadi.
Karena menjadi gudang pemain bertalenta, PS HW kerap mendapat undangan bertanding ke luar Surabaya. Semisal, ke Kalimantan Selatan (Kalsel). Penulis yang juga anak laki sulung dari almarhum MGD ikut dalam tur itu.
Penulis waktu itu berusia 15 tahun. Masih ingat, perjalanan ke Kalsel pada pertengahan tahun 70 naik ditempuh dua malam. Karena naik kapal laut milik Sriwijaya Raya Lines yang ketika itu Asmara Hadi adalah pimpinan kantor wilayah Surabaya.
Selain bertanding di lapangan Merdeka Banjarmasin, PSHW juga bermain lawan kesebelasan lokal di Barabai dan Takalar.
Seingat penulis hampir semua pemain PSHW ikut dalam tur itu. Ada yang lucu saat perjalanan dua malam: pengurus dan pemain kena mabuk laut. Obat penawarnya minyak gosok Pak Pung Oil dan Kayu Putih Cap Gadjah. Antimo dan sejenisnya belum ada.
Di mana home base PSHW saat bergabung di perserikatan Persebaya? Ada dua lapangan yang digunakan. Yaitu, lapangan PJKA Pacarkeling (kini jadi komplek kantor Kecamatan dan Puskesmas) dan lapangan Tambakrejo (sekarang jadi mall).
PSHW yang selalu berkostum putih dan di dada sebelah kanan ada gambar bunga Melati, bila bertanding dalam putaran kompetisi kelas utama, di lapangan Tambaksari atau di lapangan Persebaya yang sejak tahun 78 jadi arena hiburan Taman Remaja Surabaya.
Bila 49 tahun lalu, PSHW pernah moncer di kancah sepakbola Jawa Timur dan dikenal di tingkat nasional karena memiliki pemain berkelas. Maka, bukan mimpi bila kini PSHW bangkit kembali melalui pembinaan pemain usia dini lewat Sekolah Sepak Bola Hizbul Wathan (SSB HW). Dari SSB HW insyaallah akan muncul pemain sekelas Anjik, Jacob Sihasale, dan Rusdi Bahalwan. (*)
Kolom oleh Ferry Is Mirza Dalimunthe, wartawan senoir.