PWMU.CO-Masjid Sunan Drajat yang berlokasi di pojok perempatan lampu merah Pasar Induk Sidoharjo Lamongan tampak mencolok. Terutama menaranya yang persegi memanjang tinggi dengan cungkup kubah kecil berhias bulan sabit.
Posisi masjid ini satu jalur jalan dengan Masjid Namira yang terkenal jadi ikon Lamongan itu. Posisinya di sebelah utara dekat dengan kota.
Shalat Jumat (15/11/2019) siang tadi menyempatkan shalat di situ. Jamaahnya penuh. Usai shalat bisa menikmati kopi, teh, air mineral. Mereka yang mau berhemat pulsa boleh pakai Wifi di sini. Para musafir laki-laki disediakan tempat menginap.
Ketua Takmir Drs Hamdani Azahari MM menjelaskan, tiga bulan ini manajemen dan layanan masjid berbenah. Visi yang ingin diwujudkan menjadikan masjid yang makmur, berkualitas, berdaya saing, unggul, dan inspiratif.
”Masjid ini sekarang buka 24 jam. Ada dua satpam yang menjaga. Dua petugas kebersihan, satu imam tetap dan satu muadzin,” katanya.
Setiap Sabtu dan Ahad, sambung dia, imam shalat mengambil dari santri Pesantren Al Mizan. ”Santri khusus memimpin shalat jamaah hari Sabtu dan Ahad sebagai praktik dakwah. Ini ada kerja sama MoU dengan Pondok Al Mizan,” kata kepala Dinas Tenaga Kerja Pemkab Lamongan ini.
Dia menerangkan, Masjid Sunan Drajat dikelola warga Muhammadiyah tetapi tidak menonjolkan atribut persyarikatan. ”Tata kelola masjid dan peribadatannya merujuk pada pedoman Majelis Tabligh,” jelasnya.
Program mendatang yang akan direalisasikan adalah mendirikan ATM beras, perpustakaan, dan pusat model perdagangan syariah. ”Program terakhir itu sarana edukasi ekonomi syariah bagi masyarakat khususnya pedagang Pasar Induk Sidoharjo,” ujarnya.
Aktivitas jamaah di masjid ini sangat padat. Dalam sepekan ada lima pengajian dengn topik kajian berbeda-beda.
Ketua Bidang Pengajian Mufarihin menawari hadir Sabtu Subuh untuk shalat berjamaah. Usai shalat ada kuliah Subuh. Setelah itu shalat Dhuha dan sarapan pagi. ”Kami sediakan sarapan sebanyak lima ratus porsi,” katanya. Jumlah itu selalu habis karena jamaah Subuh sangat banyak.
Selain pengajian Sabtu pagi, kegiatan unggulan lainnya adalah Pengajian Ngecas Iman untuk remaja. Digelar setiap malam Ahad, Senin malam, Selasa malam. Juga ada Pengajian Ahad pagi.
Dia menuturkan, inspirasi pembenahan layanan masjid ini dari Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Terutama transparansi keuangan masjid yang bisa diakses via Group WhatsApp jamaah.
“Transparansi yang kami lakukan justru meningkatkan jumlah infak dua kali lipat atau seratus persen,” katanya. “Saldo akhir bulan mendekati nol karena dibelanjakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran masjid dan jamaah,” tambahnya.
Sesepuh masjid dokter Huda Asyarif menceritakan, awal pembangunan masjid ini atas inisiatif warga Muhammadiyah yang ingin shalat tarawih sebelas rakaat. Waktu itu lantas mendapat hibah tanah dari kepala desa sekitar tahun 1970.
Dokter Huda saat ini ikut memakmurkan masjid dengan membuka layanan pemeriksaan kesehatan dan check up. Jam buka praktik setiap hari bakda Subuh. (*)
Penulis Prima Mari Kristanto Editor Sugeng Purwanto