PWMU.CO–Muhammadiyah International Bussiness Forum (MIBF) 2019 baru saja selesai digelar oleh Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) di Denpasar Bali, Senin-Selasa (25-278/11/2019). Banyak sekali peserta yang ikut buka stan pameran. Salah satunya Lazismu Jatim. Berikut catatan Ketua Lazismu Jatim Drh Zainul Muslimin selama mengikuti forum bisnis itu.
Begitu saya mendengar ada acara MIBF 2019 Bali langsung saya kepincut. Karena ini kesempatan mengangkat kiprah Lazismu ke pentas dunia. Wa bil khusus menampilkan program yang menjadi unggulan.
Beberapa hari sebelum hari H saya tawarkan ke Lazismu daerah untuk titip produk yang dipamerkan. Sayang sampai acara selesai tidak ada yang menitipkan produk unggulannya untuk diangkat.
Saya serahkan urusan pameran di MIBF ini ke Mas Imam Fauzi sebagai event organizernya dengan target realistis. Lazismu memberangkatkan 6 orang.
Menyewa dua stan untuk memanjang produk seperti pengalengan daging korban menjadi Rendangmu dan Rawonmu. Juga memasang roll banner dan back wall berisi program unggulan. Sehingga rasanya kemanapun pandangan mata dilayangkan semua yang hadir harus menatap stan Lazismu.
Hari pertama menemui tokoh-tokoh peserta saat sarapan pagi di hotel untuk sosialisasi program unggulan dan menjaring mereka menjadi donatur Lazismu. Di sini bertemu Dahlan Iskan dan Sutrisno Bachir yang hadir sebagai pembicara di acara ini.
Dahlan Iskan berkata, ”Anda jauh lebih hebat dibanding saya. Ide teman-teman Lazismu ini luar biasa. Dahsyat. Dibanding dengan kita-kita. Dukungan apa lagi dari kita lha wong program ini hebat. Insya Allah akan banyak support dari masyarakat untuk ide-de hebat.”
Kemudian menemui tokoh lainnya. Alhamdulillah sukses luar biasa karena semua anggota tim bersabar bisa menemui para tokoh. Target transaksi tercapai dua kali lipat dari yang kita rencanakan.
Stan Lazismu juga dikunjungi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, pengusaha PT Kelola Mina Laut Ir Muhammad Najikh, juga Ketua Umum Lazismu Pusat Hilman Latief. Di tempat ini saya bertemu senior saya di IPB Gunung Sutopo, pengusaha Sabilam Farm Pakem Yogya.
Juga ada kunjungan warga asing seperti Mr Martin dari Swedia ikut menikmati Rendangmu dan Soto Lamongan dan tak habis melontarkan pujian atas kerja teman-teman Lazismu. Juga ada Paul dari Paris.
Di sela acara juga bertemu Pimpinan Daerah Muhamamdiyah (PDM) Buleleng pada hari kedua. Di arena ini kami memberi pelatihan mengurus Lazismu dan penggalangan dana.
Semula Ketua PDM Buleleng kontak ke saya untuk studi banding pengelolaan Lazismu di Jawa Timur. Saya sarankan bertemu di acara MIBF Denpasar agar efisien. Ada banyak program yang dikerjakan PDM Buleleng mulai membangun masjid sampai urusan sekolah. Sedangkan mereka minoritas.
Belajar dari Gunung Sutopo pengusaha pertanian yang menjadikan hama sebagai peluang bisnis, maka jadikan minoritas sebagai peluang. Kata minoritas harus ditonjolkan agar khalayak berempati terhadap perjuangannya.
Dengan berbekal foto pembangunan masjid apa adanya, dengan narasi mengangkat minoritas muslim Buleleng dalam sehari itu alhamdulillah terkumpul donasi Rp 55,5 juta serta 100 zak semen.
Dengan melihat foto Masjid Buleleng itu setiap orang bisa memperkirakan berapa miliar biaya yang dibutuhkan. Maka mulailah membangun mimpi untuk bisa mendapatkan Rp 100 juta. Tentu saja narasi dan gambar harus dibuat lebih jelas lagi.
Saya ingin menegaskan jadilah manusia pembelajar seberapa pun usia kita dan dimanapun posisi kita. Setiap bertemu orang-orang baru maka perhatikan, cermati dan dengarkan. Insya Allah kita akan mendapatkan hal-hal yang baru. (*)
Editor Sugeng Purwanto