PWMU.CO – Siapa sangka, salah satu imam rawatib Masjid Besar Limbung (MBL), Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan adalah keturunan Belanda. Dia dalah Syarifuddin de Monto.
Tapi pria yang beristrikan orang Babat Lamongan ini, sempat kebingungan ketika ditanya keturunan Belanda yang keberapa.
“Tidak tahu. Banyak nenek, nenek, nenek, cucu, cicit,” akunya pada PWMU.CO. Nenek adalah sebutan bagi orang tua laki-laki ataupun perempuan dari ayah atau ibu.
Menurut Syarifuddin, penunjukan dirinya sebagai imam rawatib bermula dari kesepakatan jamaah pada tahun 2018. “Saya dipilih ketua yayasan atas kesepakatan jamaah,” jelasnya pada PWMU.CO, Kamis (28/11/2019) usai shalat jamaah Subuh.
Selain menjadi imam rawatib, alumnus SMP Muhammadiyah Limbung tahun 1977 ini juga mempunyai padepokan beladiri dan masih aktif melatih sampai saat ini.
Nama padepokan milik Syarifuddin adalah Padepokan Cimande, yang terletak di Dusun Bonto Maero Desa Maccini Baji Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Jenis seni beladiri yang ditekuni Syarifuddin adalah Manca, sebuah seni beladiri adat kebudayaan khas Suku Bugis yang biasa dipertunjukkan dalam ajang pameran budaya, pesta dan pentas seni. “Ada sekitar 50 murid yang belajar di padepokan saya,” ungkapnya.
Di akhir wawancara, Syarifuddin menitipkan harapannya supaya di di Desa Limbung ini didirikan SD atau MI Muhammadiyah. “Untuk melengkapi jenjang pendidikan perguruan Muhammadiyah di sini,” harapnya. (*)
Kontributor Ahmad Nasafi. Editor Mohammad Nurfatoni.