PWMU.CO – Bagaimana sebenarnya hukum demonstrasi, terutama yang ditujukan pada penguasa? Untuk memperjelas pertanyaan itu redaksi menurunkan tulisan Dr Syamsuddin MAg.
Materi ini disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu dalam Kajian Ahad Pagi di Masjid Al-Manar Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sepanjang, Sidoarjo, Ahad (1/12/19).
Kajian diisi Dosean UIN Sunan Ampel Surabaya itu dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin. Selamat menikmati!
عن عَبْدَ اللَّهِ ابن مسعود قَالَ: قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا. قَالُوا: فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ وَسَلُوا اللَّهَ حَقَّكُمْ
Dari Abdillah bin Mas’ud RA ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda pada kami: ‘Sungguh sepeninggalku kalian akan melihat merajalelanya sifat individualistis (para pemimpin) dan urusan-urusan yang kalian tidak menyukainya.’ Para sahabat bertanya, ‘Apakah yang engkau perintahkan kepada kami aduhai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Berikanlah hak-hak mereka. Dan mohonlah kepada Allah agar hak-hak kalian juga dipenuhi’.” (HR Al-Bukhari dalam kitab Al-Fitan Bab II atau nomor 7052. Sebagaimana dikutip dalam Fath Al-Bari, XIII/7.
Pemerintah dan rakyat adalah dua organ penting terbentuknya negara. Hubungan di antara keduanya adalah hubungan antara sekelompok orang yang memiliki derajat kuasa lebih tinggi dengan kelompok orang yang derajat kuasanya lebih rendah.
Pola hubungan yang ideal di antara keduanya adalah pola kemitraan atau saling melayani. Hal ini ijelaskan dalam Surat Azzukhruh Ayat 32.
“Kami telah membagi di antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain (saling melayani).”
Itulah sebabnya baik rezim ataupun rakyat masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Kewajiban pemerintah adalah mengantarkan rakyatnya menuju kehidupan ideal yang dicita-citakan bersama. Dalam terminologi Islam adalah baldatun tayyabtun wa rabbun ghafur.
Dalam ungkapan yang populer pemerintah berkewajiban melayani aspirasi rakyatnya. Yang demikian ini telah diregaskan dalam hadis Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang diberi kewenangan oleh Allah untuk kuasa atas rakyatnya kemudian ia tidak menjaga rakyatnya dengan tulus maka pemerintah tersebut tidak mencium bau sorga”. (HR Al-Bukhari dalam kitab Al-Madzalim).
Hak pemerintah adalah menerima loyalitas yang tulus dari rakyatnya, karena kesetiaan rakyat merupakan modal dasar membangun negara. Nabi menyebut kelompok orang yang mendukung penguasa dengan pamrih uang atau jabatan sebagai manusia-manusia yang yang tidak digubris Allah pada hari kiamat, tidak disucikan dan mereka akan mendapat azab yang amat pedih.
Hadits di atas adalah hadis futuristik. Di mana Nab SAW bicara tentang masa yang akan datang. Yaitu munculnya pemerintah yang dzalim yang menindas rakyatnya. Pemerintah yang dalam benaknya hanya ingin memakmurkan segelintir orang yaitu kroni dan kelompok pendukungnya.
Itulah yang disebut atsarah dalam hadis. Nabi menasihati kita agar tetap bersabar di dalam menghadapi pemerintah yang egois, tetap loyal, dan tidak memberontak atau menempuh cara-cara yang inkonstitusional.
Sebagai konsekuensi dari pola hubungan kemitraan maka demonstrasi adalah hak rakyat. Ia ibarat seorang anak yang ingin mencuri perhatian orang tuanya. Demo adalah salah satu saluran untuk menasihati pemerintah agar tetap on the track.
Manakala pemerintah menyimpang dari hati nurani rakyatnya maka demo sangat diperlukan. Kritik atau nasihat kepada pemerintah sulit diharapkan dari para kroni, karena kecenderungan mereka adalah menjilat kekuasaan.
Namun demikian, mengacu kepada hadits di atas, bahwa Nabi Muhammad SAW memerintahkan kaum Muslimin untuk tetap bersabar dalam menghadapi pemerintah yang dzalim, sambil mohon kepada Allah SWT, agar pemerintah tetap melayani rakyatnya dengan sebaik-beiknya.
Jadi tujuan demonstrasi adalah nasihat untuk pemerintah agar tetap setia dengan hati nurani rakyatnya, bukan untuk menggulingkan rezim yang berkuasa. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.