PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Prof Achmad Jainuri mengatakan, dunia kini terus mengalami perubahan. Maka, mereka yang tidak siap akan jauh tertinggal.
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah selalu sadar dengan adanya perubahan yang terus berjalan. Untuk itu, persyarikatan pun selalu bersiap menghadapi tantangan tersebut.
“Siapa yang tidak siap dengan adanya perubahan, akan tergilas oleh perubahan itu sendiri. Jadi, watak Muhammadiyah sangat menerima perubahan,” katanya saat memberikan sambutan dalam acara Diseminasi dan Advokasi Program Literasi Kelas Awal Sekolah Muhammadiyah Jawa Timur yang digelar oleh INOVASI bekerja sama dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Hotel Ibis Styles, Jalan raya Jemursari No 110-112 Surabaya, Kamis (19/12/19).
“Maka dari itu, perubahan harus menjadi kunci dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Termasuk dalam kegiatan program literasi kelas awal sekolah Muhammadiyah Jawa Timur ini,” imbuhnya.
Menurutnya, program literasi yang dijalankan INOVASI bersama Muhammadiyah ini sangat penting. Pasalnya, budaya literasi di Indonesia masih rendah. “Karena kita sangat lekat dengan budaya ngobrol. Lebih suka berbicara daripada membaca,” tuturnya.
Dia pun membandingkan budaya baca di Indonesia dan luar negeri. Masyarakat Jepang, misalnya. Mereka bisa membaca di mana pun dan kapan pun. Bahkan ketika naik kendaraan umum.
“Di kereta, bus, atau kendaraan umum lainnya. Mudah sekali dijumpai orang-orang yang sibuk membaca. Sedangkan di Indonesia, kalau naik kendaraan umun lebih suka ngobrol,” ujarnya.
Jainuri menceritakan, untuk memotivasi budaya baca mahasiswa, dirinya kerap mengatakan jika dosen itu suka berbohong. Karenanya, mahasiswa harus banyak membaca untuk mengetahui kebohongan itu.
“Saya katakan kepada mahasiswa saya. Kalau tidak banyak membaca, maka akan mudah dibohongi dosen. Kita tidak akan pernah tahu apakah yang disampaikan dosen itu benar atau salah. Kita hanya manggut-manggut,” ujar dia.
Jainuri menjelaskan, literasi jangan hanya dimaknai membaca dan menulis. Tetapi juga pemahaman terhadap teks dan konteks.
“Tidak cukup pandai membaca. Tapi juga harus paham dengan yang dibaca. Pandai memaknai alam,” tuturnya.
Dia berharap, kerja sama INOVASI dan Muhammadiyah ini bisa meningkatkan budaya literasi. Mempersiapkan generasi yang tanggap dalam menghadapi perubahan.
“Mudah-mudahan kerja sama ini berjalan dengan baik. Serta bisa berlangsung lama,” harapnya. (*)
Kontributor Miftahul Ilmi. Editor Mohammad Nurfatoni.