PWMU.CO – Bukan Gus Ipul namanya jika tidak mampu membuat geer dalam sebuah pertemuan. Kelebihannya dalam mengeluarkan joke-joke humoris di sela-sela ceramah maupun sambutan berulangkali membuat hadirin tidak bisa menahan tawa. Begitu juga yang dilakukan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur ini saat memberi sambutan dalam tabligh akbar yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah- Himpunan Tenaga Kerja Perantau (HKTP) Payaman di Perguruan Muhammadiyah Payaman, Solokuro, Lamongan (13/7).
(Baca: Warga Muhammadiyah juga Ahli Tahlil dan Istighatsah dan Di Muhammadiyah Ada PRIA yang bukan Laki-laki)
Ketika 5.000-an jamaah sedang khusyuk mendengarkan sambutan-tausiyah agama yang disampaikan, mendadak Gus Ipul memberi sambutan layaknya MC, master of seremonial. “Sebagai penutup, bapak-ibu sekalian yang saya muliakan, mari kita sama-sama dengarkan Ketua Umum Muhammadiyah Bapak Kyai Haji Haedar Nashir sebagai bekal, sebagai inspirasi bagi kulo dan njenengan untuk mengabdi di tempat masing-masing. Muhammadiyah semakin maju, Aisyiyah semakin maju, Insyaallah Indonesia juga akan maju,” ujar Gus Ipul.
(Baca: Haedar Nashir dan Gus Ipul Hadiri Silaturrahmi Warga Desa Payaman, Lamongan dan Seperti Membangun Kantor RT tapi Mengundang Presiden)
Kontan saja ungkapan Gus Ipul ini membuat para hadirin tidak bisa menahan tawa bersamaan dengan gemuruh tepuk tangan. Para jamaah Muhammadiyah ini pun semakin sumringah ketika Wakil Gubernur ini mengucapkan dua salam penutupan yang mentradisi di Nahdlatul Ulama (NU) dan Pemuda Muhammadiyah. “Wallaahu muwafiq ilaa aqwaamith thariiq, fastabiqul khairaat. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,” yang dijawab para hadirin sambil menahan tawa.
Meski tugas MC untuk mempersilahkan Haedar Nashir naik panggung ini telah “diambil” oleh Gus Ipul, tetap saja MC yang sungguhan tetap mengumumkan hal serupa. Meski tetap saja dengan pilihan bahasa yang berbeda. “Setelah kita menantikan
selama 5 tahun kehadiran Ketua Umum PP Muhammadiyah di Payaman, akhirnya kerinduan kita ini terpenuhi hari ini,” begitu kata MC yang juga guru MI Muhammadiyah Payaman, Ali Mas’ud SPdI, setengah berpuisi mengajak para hadirin untuk menyimak tabligh akbar.
Sebelumnya, dalam kesempatan itu, Gus Ipul secara serius menyampaikan taushiyah keagamaan tentang 2 makna Idul Fitri. “Sejak masuk majelis ini saya melihat wajah-wajah yang gembira dan semangat. Itulah sesungguhnya Idul Fitri. Senang kalau kembali. Setiap orang yang normal pasti senang saat pulang ke rumah,” jelas Gus Ipul. Ketika pulang dalam makna yang sesungguhnya (kematian), juga harus gembira, bukan takut atau khawatir.
(Baca: Ketika Dua Ormas Besar Berbagi Tugas: Muhammadiyah Urus Milad dan NU Urus Haul dan Ketika Imam Masjid Muhammadiyah Membaca Qunut)
Sementara makna Idul Fitri yang kedua, sesungguhnya momentum Idul Fitri mengajarkan dua rasa: sedih dan gembira. Sedih karena ditinggal bulan Ramadhan yang begitu mulia, juga rasa gembira karena bertemu dengan Idul Fitri. Bulan Ramadhan, kata Gus Ipul, telah menggembleng umat Islam untuk selalu taqarrub (dekat) dan terhubung dengan Allah swt, lewat berbagai amal shaleh yang berlipat ganjarannya.
“Jika kita sudah terhubung dengan Allah, merasa dekat dengan Allah, maka Insyaallah kita akan bergembira saat kembali kepada-Nya,” jelas Gus Ipul tentang makna kedua Idul Fitri.
(Baca: Ketika MU dan NU Tidak Saling Bertanding … Fenomena Jepara dan Apa yang Terjadi jika Warga Muhammadiyah Jadi Imam Jamaah Nahdhiyin?)
Dari taushiyah yang cukup serius, bahkan berkali-kali bersinggungan dengan kematian, tiba-tiba Gus Ipul menjadi MC. Suasana pun kembali ger-geran hingga akhirnya Wakil Gubernur dua periode ini benar-benar turun panggung.
Ketika acara sudah selesai pun, tidak sedikit warga yang meminta foto bersama dengan Gus Ipul. Termasuk Ibu-Ibu yang meminta ber-welfie ria pun disanggupinya dengan senang hati. Bahkan, Ibu-ibu ini pun harus rela “mencegat” saat dia baru keluar dari ruang makan. (lazuardy arkoun)