PWMU.CO-Ada empat hal penyebab hancurnya akidah Islam. Masuknya paham naturalis, adat istiadat, budaya, dan egoisme.
Demikian disampaikan Sekretaris Majelis Tarjih PWM Jawa Timur Dr H Abdul Haris MA dalam pengajian Jumat Pagi yang diselenggarakan Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat di Masjid Taqwa, Jumat (20/12/2019).
Abdul Haris menerangkan, naturalisme itu suatu paham memercayai benda itu mempunyai kekuatan. Seperti keris, kalung, gelang yang diyakini punya kekuatan.
”Kedua, adat istiadat. Kebiasan yang dijadikan acara keagamaan, seperti Gerebeg Suro, sedekah bumi. Syukuran tapi tempatnya bukan di masjid atau mushala, tetapi kuburan dan punden,” ujarnya.
Termasuk juga kepercayaan menentukan pernikahan berdasar hitungan hari dan weton. ”Kalau hasil penjumlahan tanggal lahir bisa berakibat cerai, diyakini tidak jodoh, maka pasangan itu digagalkan. Kasihan kan,” jelas Abdul Haris yang dibenarkan jamaah.
Ketiga, budaya ikut menyumbang rusaknya akidah Islam. Contoh jilbab non syar’i. Yakni jilbab yang menyalahi aturan agama.
Keempat sifat egoisme, mementingkan diri sendiri. Kini tidak sedikit orang yang mengaku paling pinter, benar sendiri, orang lain dianggap salah.
Dia bercerita, Rasulullah saw mengisahkan tiga orang muslim di hadapan mahkamah Allah swt kelak sebagaima hadits dari Abu Hurairoh yang diriwayatkan Muslim, Ahmad, dan Imam Baihaqi. Dalam hadits tersebut diterangkan, ada seorang mujahid, seorang alim, dan seorang dermawan. Bukan surga yang diperoleh, justru neraka yang didapat ketiganya.
Orang pertama dipanggil menghadap Allah. Ia merupakan seorang pria yang mati syahid. Saat di hari perhitungan, Allah pun bertanya, apa yang telah kau perbuat dengan berbagai nikmat itu? Mujahid itu menjawab, saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid.
Allah ta’ala menyangkal. ”Kau telah berdusta. Kau berperang agar namamu disebut manusia sebagai orang yang pemberani. Ternyata kamu telah disebut-sebut demikian.” Mujahid itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke jahanam.
Kemudian orang kedua dipanggil. Ia merupakan seorang alim ulama yang mengajarkan Alquran pada manusia. Seperti orang pertama, Allah bertanya hal sama, apa yang telah engkau perbuat berbagai nikmat itu?
Sang ulama menjawab, saya telah membaca, mempelajari dan mengajarkannya Alquran karena Engkau. Allah berfirman, kamu berdusta. Kau mempelajari ilmu agar disebut sebagai seorang alim dan kau membaca Alquran agar kamu disebut sebagai seorang qari. Sang alim ulama pun menyusul si mujahid, masuk ke neraka.
Orang ketiga pun dipanggil. Kali ini ia merupakan seorang yang sangat dermawan. Sang dermawan dianugerahi Allah harta yang melimpah. Allah pun menanyakan tangung jawabnya atas nikmat itu. Apa yang telah engkau perbuat dengan berbagai nikmatKu.
Sang dermawan menjawab, saya tidak pernah meninggalkan sedekah dan infak di jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.
Dia pun tak jauh beda dengan dua orang sebelumnya. ”Kau berdusta,” kata Allah. ”Kau melakukannya karena ingin disebut sebagai seorang dermawan. Dan begitulah yang dikatakan orang-orang tentang dirimu.”
Sang dermawan yang riya ini pun diseret dan dilempar ke neraka. Semua tidak menikmati surga, karena niatan yang salah, jelas Abdul Haris mengakhiri pengajiannya.
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto