PWMU.CO – Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Kebomas Gresik mengadakan Pelatihan Mubalighat bertema “Mengasah Kompetensi Mubalighat untuk Dakwah Pencerahan”, Sabtu (21/12/19).
Bertempat di Gedung Tahfidh Kompleks Perguruan Muhammadiyah Giri, pelatihan ini diikuti 75 peserta dari berbagai unsur yaitu majelis, amal usaha Aisyiyah, dan amal usaha Muhammadiyah, mulai ranting hingga cabang.
Ketua PCA Kebomas Gresik Nurfadlilah SPd mengatakan, kegiatan ini sebagai upaya menyiapkan kader mubalighat hebat sesuai harapan Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Aisyiyah.
Ia menjelaskan, menjadi mubalighat itu harus berani tampil, percaya diri, dan dimulai dari lingkungan terkecil, seperti kelompok PKK. “Modal awal berupa mukadimah harus menarik sehingga akan menjadi sumber ketika menyampaikan,” tuturnya.
Bu Nur—sapaan akrabnya—menyampaikan, hal yang wajib dimiliki mubalighat yaitu akidah kuat, niat ikhlas, keteladanan, wawasan luas, kesadaran untuk selalu meng-update diri, strategi komunikasi yang bagus, integritas ucapan harus sesuai dengan perbuatan, sabar, dan istikamah melakukan pendekatan diri kepada Allah.
Menurutnya, komunikasi seorang mubalighat harus mumpuni dan terus ditingkatkan kualitasnya, yang meliputi kaulan karimah (perkataan yang mulia), kaulan balighah (perkataan yang menyentuh hati), kaulan layyinah (perkataan yang lembut), kaulan ma’rufah (perkataan yang baik), kaulan syadidah (perkataan yang lugas), dan kaulan maisurah (perkataan yang mudah dimengerti).
Selanjutnya ia menukil surat Asshaf ayat 2-3, “Wahai orang-orang yang beriman kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Hal tersebut disampaikan untuk menguatkan peserta tentang pentingnya integritas kata dan perbuatan.”
Dia menegaskan, selesai pelatihan ini semua peserta harus menyiapkan diri sebaik mungkin. “Siap berangkat apabila mendapat tugas untuk mengisi pengajian baik di ranting, cabang, atau di mana saja. Tak ada alasan saya bukan lulusan IAIN, saya bukan lulusan pondok pesantren. Tak ada itu. Semua harus siap,” tegasnya dengan suara lantang.
Nenek enam cucu ini sempat membuat peserta antusias dan beberapa kali bertepuk tangan memberikan semangat.
“Penjelasan beliau enak diikuti dan mengetuk hati,” kesan Umamah SAg, peserta dari SD Muhammadiyah 1 Giri Kebomas.
Umamah mengaku materi yang disampaikan Bu Nur sangat mengena. “Ini bukan sekadar urgensi menyampaikan dakwah pada orang lain, tapi agar bagaimana kami, para peserta calon mubalighat menyadari pentingnya meningkatkan kualitas diri sehingga pantas menjadi uswatun hasanah bagi masyarakat luas,” jelasnya.
Kegiatan diakhiri dengan sesi micro teaching. Peserta dibagi per kelompok yang masing-masing harus terdiri dari empat peserta. Yaitu kategori pembawa acara, ketua panitia yang menyampaikan sambutan, penceramah agama, dan pembawa doa.
“Dengan sekali pelatihan, peserta sudah tampil bagus. Ternyata banyak kader berbakat di Kebomas. Ini perlu dikembangkan,“ komentarnya.
Melihat keseriusan dan semangat para peserta itu, secara spontan Bu Nur memberikan amplop kepada delapan peserta terbaik. Masing-masing kategori diambil dua yang terbaik.
Dia berharap, kegiatan ini diharapkan dapat melahirkan mubalighat yang unggul dan siap terjun di masyarakat. “Yang mampu mengajarkan amal makruf nahi mungkar sesuai Alquran dan Assunah,” pesannya. (*)
Kontributor Qomariyah, Erna Hidayati, Riza Agustina, dan Pristy Novida. Editor Mohammad Nurfatoni.