PWMU.CO – Orangtua tentu bahagia saat menyaksikan anaknya tidak hanya hafal tiga juz, empat juz, atau lima juz, namun sampai 30 juz. Apalagi kalau bisa mencapai tafhimul Quran, memahami yang ada di dalam Alquran itu dan pada akhirnya tahmilul Quran, bisa mengamalkan maksud yang ada di dalam Alquran itu.
Harapan tersebut disampaikan Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Ahmad Djufri MAg saat Wisuda Tahfidh II Badan Tajdied Center (BTC) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik, di Hotel Horison GKB, Gresik, Sabtu (28/12/19).
Djufri kemudian mengajak para undangan membayangkan bagaimana ketika anak-anak kita diwisuda di hadapan Allah SWT. Mereka kemudian dipanggil satu persatu di hadapan Allah SWT. Kemudian para orangtua pun disuruh maju untuk menyertai anak-anaknya.
Lalu disematkan mahkota yang cahayanya lebih indah dibanding cahaya matahari yang menerangi rumah-rumah di dunia ini. “Betapa bahagianya. Dan para orangtua yang memiliki anak yang nantinya diwisuda di hadapan Allah dipastikan surga Allah,” terang Djufri.
Kemuliaan bersama Alquran
Menurutnya, membaca Alquran itu adalah pekerjaan yang terbaik. Mengaji Alquran itu adalah upaya yang terbaik. “Sehingga siapapun yang mau belajar dan mengajarkan Alquran, itulah makhluk yang terbaik di hadapan Allah SWT,” ungkapnya meyakinkan.
Djufri kemudian memberikan contoh beberapa sahabat Nabi yang mendapat kemuliaan setelah mengenal Alquran.
Pertama, Bilal bin Rabbah yang tadinya seorang budak, kemudian dibebaskan oleh Abu Bakar Ash Shiddiq. Lalu setelah dipoles oleh Rasulullah SAW menggunakan Alquran, maka Rasul mengatakan, wahai Bilal apa rahasianya sehingga aku mendengar terompahmu berjalan di surga. Hal tersebut, kata Djufri, adalah hasil didikan Alquran yang telah dilakukan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.
Contoh lain yang diceritakan Djufri adalah Umar bin Khattab, orang yang garang dan kejam. Setelah mendengar sepuluh ayat dari Surat Toha yang dibacakan adiknya, Fatimah, Umar luluh dan mencari Rasulullah. Saat itu Rasul berada di rumah Arqam bin Abi Arqam dan Umar mengucapkan syahadat.
Setelah itu, lanjutnya, Umar menjadi manusia yang luar biasa, padahal sebelumnya dia masih belum seorang muslim. “Tetapi setelah Alquran masuk ke dalam relung hatinya, ia berubah menjadi seorang yang luar biasa sehingga digelari Al Fariq, yang bisa membedakan perkara haq dan perkara yang bathil,” paparnya.
Anak-Anak Indonesia Hebat Hafidh Alquran
Djufri juga memberi contoh beberapa anak Indonesia yang mendapat kemuliaan karena menghafal Alquran bernama Muhammad Naja Hudia Afifurrohman dan Fajar Abdulrokhim Wahyudiono.
Keduanya mengalami lumpuh otak, tetapi mereka dimudahkan oleh Allah menghafal Alquran di usia 3,5 tahun untuk Fajar. Ada juga Muhammad Ghazali Akbar (Ahmad) dan Kamil Ramadhan yang hafidh Quran juga sejak dini.
Mereka ini, kata Djufri, bukan siapa-siapa, pada awalnya. Bahkan tidak ada orang yang mau mendekatinya. “Lalu setelah Aquran menempel pada dirinya, maka keempat anak itu dimuliakan, dihormati,” kisah Djufri.
Tidak hanya itu, Djufri mengatakan, Erdogan meminta kepada Ahmad dan Kamil untuk memotivasi anak-anak Turki agar memiliki semangat yang sama menghafal Alquran. “Luar biasa,” tegasnya.
Djufri kemudian menyadarkan semua hadirin yang tidak mempunyai masalah di otak. “Penglihatan kita gak ada masalah, lisan kita gak ada masalah, lisan kita gak ada masalah. Lalu kemudian kita tidak berkesempatan untuk menghafal Alquran,” tuturnya.
Ia menanyakan, bagaimana kemudian ketika Allah bertanya nanti tentang nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita. “Gawe opo ae lisanmu, gawe opo ae mripatmu, gawe opo ae pendengaranmu, untuk apa saja otakmu yang cerdas itu. Mau ngomong apa kita,” ujarnya menyadarkan.
Berharap Muncul Motivator Alquran dari Gresik
Ia berharap nantinya motivator itu muncul tunas-tunas dari Gresik ini. “Mudah-mudahan kalian semuanya akan lebih dimudahkan oleh Allah untuk menyelesaikan hafalan Alquran hingga 30 juz, tidak berhenti pada juz 30,” tuturnya.
Di hadapan para wisudawan, orangtua santri, dan para undangan, Djufri menceritakan keistimewaan Alquran yang luar biasa. Ia mengatakan, Rasulullah ternyata mendidik para sahabat dengan Alquran.
“Diceritakan dalam Surat Al Jumat Ayat 2, kalian dulu sebelum kenal Alquran oleh Nabi, kalian dulu adalah dalam kesesatan yang nyata. Kemudian Alah mengutus dalam komunitas masyarakat seorang Rasul dari kalangan mereka yaitu Rasulullah Muhammad SAW,” jelasnya.
Tiga Tahap Belajar Alquran
Apa yang dilakukan Rasulullah, Djufri menjelaskan ada tiga tahapan. Pertama, membacakan ayat-ayat Alquran kepada para sahabat. Tidak hanya sekadar para sahabat itu membaca, tetapi yang kedua, dipahamkan oleh Rasul maksud dari ayat itu. Lalu ketiga, lanjut Djufri, Rasul mengajak untuk membersihkan jiwa mereka dari nilai-nilai kejahiliyahan dengan menggunakan Alquran.
Rasulullah menjadi role model, menjadi contoh teladan di hadapan para sahabatnya sehingga mereka menjadi sahabat-sahabat yang mulia.
“Yang dikatakan oleh Alquran, kalian ini adalah sebaik-baik umat yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari yang munkar, dan kalian itu adalah beriman kepada Allah di dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar,” jelasnya.
Djufri berpesan, jika kita ingin dimuliakan manusia dan Allah, maka akrabi dan dekati Alquran. “Insyaallah mulia,” tegasnya. (*)
Kontributor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.