PWMU.CO – Di Kota Singaraja, Buleleng, Bali, pernah berdiri amal usaha kesehatan yang mampu bertahan selama tiga dekade, yaitu tahun 1970-2000.
Dokter Rizani, salah satu sesepuh Muhammadiyah Singaraja, Bulelang, menyampaikan hal itu saat menemui silaturahmi PWMU.CO di Perguruan Muhammadiyah Singaraja, Rabu (1/1/2020). Ia menyampaikan, 30 tahun bukanlah waktu yang singkat dalam menjalankan sebuah amal usaha kesehatan.
Rizani menceritakan, amal usaha kesehatan di Singaraja awalnya didirikan oleh Aisyiyah dalam bentuk Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
BKIA kemudian berkembang sedemikian rupa sampai di masa kejayaannya banyak mengirim sumber daya manusia untuk belajar ke Akademi Kebidanan Siti Khodijah Sepanjang, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur.
Tapi seiring perkembangan waktu, BKIA akhirnya vakum pada tahun 2000. “BKIA milik warga Muhammadiyah dan Aisyiyah ini mulai terasa berat dan terpaksa vakum pada tahun 2000,” ungkapnya. Alasannya, banyak praktik-praktik pribadi bidan di Kota Singaraja.
Pernyataan Dokter Rizani ini diamini oleh Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Buleleng Dr Hj Siti Maryam MKes. Karena kevakuman itu, kini BKIA Aisyiyah itu berubah menjadi Daycare Mentari Aisyiyah sebagai tempat penitipan anak.
Ingin Hidupkan Lagi Amal Usaha Kesehatan
Rizani mengungkapkan, melihat antusiasme warga Muhammadiyah dan Aisyiyah Buleleng serta era BPJS Kesehatan, amal usaha kesehatan di Kabupaten Buleleng akan diaktifkan kembali.
“Agar bisa menyelenggarakan misi Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) dan kesehatan sebagai kebutuhan dasar meningkatkan indeks pembangunan manusia bersama bidang pendidikan dan dakwah,” kata dia.
Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Bulelalng Ferry Sardjono menambahkan, amal usaha kesehatan juga diperlukan sebagai sarana dan prasarana pendukung MDMC Buleleng yang semakin mendapat tempat di hati masyarakat Buleleng.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Buleleng Ali Susanto berharap tahun 2020 ini menjadi awal kembalinya kiprah amal usaha kesehatan di Kabupaten Buleleng Bali.
Pihaknya akan mulai belajar bagaimana tata kelola fasilitas kesehatan (faskes) BPJS. “Barangkali suatu saat nanti kami bisa (belajar) ke Lamongan. Kami terinspirasi kata-kata Prof Haedar Nashir yang menyebutkan Lamongan sudah seperti kerajaan sendiri. Sudah bisa lari tanpa diurus PP (pimpinan pusat), he-he-he …” kata. (*)
Kontributor/Penulis Prima Mari Kristanto. Editor Mohammad Nurfatoni.