PWMU.CO – Ajaran Raja Namrud dari Babilonia menjadi pilar utama globalisasi yang berkembang dewasa ini. Ajaran itu itu terumuskan pada Trilogi Fasad yaitu liberalisme, kapitalisme dan despotisme (penindasan).
Akibatnya, globalisasi sering melahirkan kemajuan yang bersifat semu, dehumanisasi, penjajahan, penindasan, teror, kemiskinan dan keterbelakangan struktural, kepalsuan menutup dunia, dan ketakutan.
Demikian disampaikan Anwar Hudijono, wartawan senior di depan Jamaah Fajar Shodiq, Porong, Kabupaten Sidoarjo, Ahad (5/1/19).
Menurut dia, globalisasi bermula dari Barat sekitar abad 15. Saat itu dunia Barat (Eropa) disebut dark age atau zaman gelap. Selama ribuan tahun, yang memegang hegemoni di Eropa adalah dewa-dewa, tukang sihir, lucifer, naga, penguasa dzalim. Sesembahan utama masyarakat Eropa adalah Dewa Baal yang merupakan nama lain Dewa Matahari atau Namrud.
Agama Kristen yang bermaksud membawa misi pencerahan dan penyelamatan memang sudah masuk ke Eropa sekitar 2-3 abad masehi, tapi tidak cukup kuat untuk memberi pencerahan. “Bahkan terjadi perpecahan secara mendasar sehingga menjadi dua kubu aliran teologis. Yaitu, Unitarian dan Trinitas,” kata Cak Anwar, panggilan akrabnya.
Unitarian berpandangan bahwa Allah adalah tuhan yang tunggal. Tidak ada tuhan selain Allah. Adapun Yesus atau Isa adalah rasul. Bukan anak Allah. Juga tidak mengakui adanya roh kudus.
Adapun doktrin Trinitas tentang keberadaan Tuhan Bapak, Tuhan Putra dan Roh Kudus. Dalam perkembangannya, kubu Trinitas yang memenangi persaingan. Bahkan tidak sedikit tokoh/imam kubu Unitarian yang dihukum oleh penguasa gereja Trinitas.
Penjajahan Belanda
Menurut mantan wartawan Kompas dan Pemimpin Redaksi Harian Surya ini, masyarakat berusaha keluar dari situasi kehidupan semacam itu. Muncullah gerakan renaisance atau pembaruan dalam bidang kebudayaan, khususnya di Italia. Gerakan enlightenment atau pencerahan di Inggris. Dan aufklarung di Jerman. Gerakan-gerakan itu pada intinya merupakan protes dan perlawanan terhadap hegemoni gereja Trinitas.
Para tokoh pencerahan melakukan asimilasi nilai-nilai budaya, agama dan peradaban yang berada di Eropa untuk melakukan pembaruan, pencerahan, reformasi. Antara lain dari Yudaisme, Kristen, Islam. Juga dari nilai-nilai lama yang hidup di Yunani-Romawi. Tak terkecuali nilai yang bersumber pada ajaran Namrud yang sudah hidup ribuan tahun di Eropa.
Dalam perjalanannya, dia mengatakan, karena nilai-nilai itu tidak terintegrasi tapi masih sebatas terasimilasi, maka yang terjadi adalah gesekan antarnilai. Dalam perkembangannya nilai-nilai yang bersumber pada ajaran Namrud lebih mendominasi.
“Nilai-nilai bersumber dari ajaran agama justru semakin tersingkir. Jangan heran kalau sekarang gereja di Eropa mengalami krisis. Lonceng gereja seolah berubah jadi lonceng kematiannya. Gerakan anti-Yahudi kembali merajalela setelah era holacust (pembantaian jutaan orang Yahudi). Islamfobia juga dahsyat,” katanya.
Sejak abad itulah, Barat bergerak menguasai dunia. Salah satu buktinya adalah penjajahan bumi Indonesia oleh Belanda lebih kurang 350 tahun. Dimulai dari kekuatan kapitalisme VOC pada tahun 1602. Disusul despotisme penguasa Belanda yang menindas, membantai. Dan liberalisme yang merusak mental dan moral rakyat Indonesia.
Saat ini yang menyatukan dunia internasional adalah produk-produk peradaban Barat. Internet, Google, Instagram, Facebook, Twitter, YouTube adalah produk Barat. Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional. Dollar AS merupakan mata uang dunia. Sistem ekonomi kapitalisme, politik demokrasi yang bersumber dari Barat kini diadopsi oleh seluruh dunia.
Tidak ada era sebelum ini di mana dunia berada dalam satu jalinan benang merah. Berada dalam satu ikatan. Tanpas batas. Sampai-sampai pakar politik AS, Francis Fukuyama mengatakan, the end of history. Sejarah peradaban manusia telah berakhir karena semua sudah menerima liberalisme dan kapitalisme. Sampai-sampai Indonesia pun, menurut Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, telah menjadi negara kapitalis liberal.
Matahari dari Barat
Selanjutnya Cak Anwar mengatakan, globalisasi yang sebenarnya juga westernisasi ini adalah takwil dari hadits bahwa salah satu pertanda datangnya hari kiamat adalah “matahari terbit dari barat”. Hal itu termaktub dalam banyak hadits. Salah satunya riwayat Ahmad dan Muslim: “Sesungguhnya tanda kiamat yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari arah barat.”
Matahari selalu muncul dari gelap. Pencerahan atau enlightenment juga dimulai dari jaman gelap. Hakikatnya, matahari selalu terbit dari timur. Kalau sampai matahari terbit dari barat berarti matahari palsu. Maka pencerahan, pemajuan, reformasi yang menjadi misi globalisasi ini adalah palsu.
“Bisa dilihat kapitalisme yang rakus. Menjarah sumber daya ekonomi di seluruh belahan dunia. Jurang bangsa kaya dengan bangsa miskin kian menganga. LGBT sebagai indikator rusaknya humanisme, berkembang pesat. Kerusakan ekologi di darat, laut bahkan luar angkasa,”tegasnya.
Senjata nuklir yang diklaim sebagai simbol kemajuan teknologi kini menjadi sangat menakutkan karena bisa menghancurkan bumi. Robot Artificial Intelligent sebagai produk kemajuan pada era 4.0 berdampak menyingkirkan jutaan manusia dari bursa tenaga kerja. Di Jepang mengalami krisis seks karena anak muda memilih hubungan seks dengan robot. “Manusia seperti kehilangan rasa cinta dan kasih sayang,”ungkapnya.
Rahmatan lil Alamin
Globalisasi saat ini seolah jawaban Namrud atas Nabi Ibrahim. Dalam Quran surah Albaqarah 258, Ibrahim menantang Namrud untuk menerbitkan matahari dari barat jika dirinya memang tuhan. Sebab Allah menerbitkan matahari dari timur.
Namrud saat itu jelas tidak mampu. Untuk itulah, seolah Namrud menyampaikan jawaban saat ini dengan menerbitkan matahari dari barat. Yang tentunya matahari palsu. Jika matahari palsu terus bergerak maka yang terjadi menggelapkan yang terang. Berbeda dengan jika matahari haq adalah menerangi kegelapan .
Yang jelas, kata Cak Anwar, matahari palsu sudah bergerak. Dikatakan, seperti watak matahari, kawasan yang ditinggal akan kembali gelap. Yang sedang mendapati akan terang. Karena ini matahari palsu, yang ditinggal justru kembali menjadi terang secara hakiki. Lihat di Eropa saat ini justru mulai bersinar cahaya haq Islam kian berkembang.
Sepertinya saat ini matahari palsu ini justru sedang pancer (di tengah) masyarakat Muslim. Maka umat Islam benar-benar menerima ujian yang sangat berat. Difitnah terorisme, ditindas, disingkirkan, didiskriminasi. Cahaya rahmat seolah sedang redup ditandingi cahaya fasad. Dalam kondisi demikian, menjadi umat Islam seperti menggengam bara api.
Kenapa globalisasi menimbulkan efek kerusakan yang begitu besar? Menurut Cak Anwar karena tidak berdasar pada misi rahmatan lil alamin. Menebarkan rahmat, kasih sayang ke seluruh alam.
Tapi Umat Islam harus yakin janji Allah di Quran surah Al-Isra 82. “Dan katakanlah kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap. Sungguh yang batil pasti lenyap.”
“Kuncinya, umat Islam harus selalu mohon pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Jaga ukhuwah bainal muslimun (hubungan antar umat Islam). Baca Surah Kahfi setiap hari Jumat. Hafalkan Kahfi ayat 1-10. Allahu a’lam bis-shawab,” katanya. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.