Laundry sepatu mahasiswa Ongko ini terus berkembang. Sejak menjadi mahasiswa dia bercita-cita mandiri secara finansial. Tak tergantung kiriman ortu.
PWMU.CO – Menjadi mahasiswa tidak identik dengan tugas dan tugas. Sesibuk apapun menempuh kuliah tidak boleh menjadikan diri terkekang untuk berkreativitas.
Itulah yang tergambar pada sosok Ongko Limo Fajar Sukma Gati, mahasiswa semester tujuh Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Pemuda asal Desa Mojorejo, Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ini, sudah dua tahun merintis usaha laundry sepatu di tengah-tengah sempitnya waktu sebagai mahasiswa.
Atas semangatnya tersebut, Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM), mengundang mantan aktifis IPM ini untuk berbagi cerita dalam acara Studi Dhuha, di SMK Muhammadiyah 6 Modo, Lamongan Jumat (10/1/20).
Di forum tersebut, dia menceritakan suka dan dukanya merintis usaha. Sejak semester satu Ongko sudah berniat mandiri. Dia tidak mau membebankan biaya kuliah kepada orangtua.
Namun saat itu dia belum menemukan jenis usaha. Sambil menunggu bisnis yang tepat, Ongko tidak mau tinggal diam. Dia berjualan air minum kemasan.
Memasuki semester ketiga, muncullah ide untuk membuka jasa pelayanan pencucian sepatu. Ia buktikan kepada teman-temannya kemampuan dalam mencuci.
Baginya, tekad yang kuat akan mengubah segalanya. Ongko terus bergerak mempromosikan usahanya bermerk Starwash, baik ke teman kampus maupun melalui media massa. Pengguna jasa semakin banyak, Ongko pun bermitra dengan tiga temannya untuk membantu mengelola jasa laundry sepatu yang punta tagline ‘cepat dan bersih’ ini.
Impian Ongko Limo Fajar Sukma Gati untuk melepas ketergantungan biaya hidup dan biaya kuliah mulai terbukti. Ia tidak lagi menggantungkan kiriman dari orangtua.
Pernah Ganti Sepatu Pelanggan
Ayunita, salah satu peserta Studi Dhuha menanyakan, apa pengalaman yang paling mengesankan dalam mengelola usaha ini?
Inilah jawaban Ongko. “Suatu hari kami dibuat pusing, karena ada sepatu yang hilang. Kami tanyakan kepada teman-teman di kos, tidak ada yang tahu. Terpaksa kami harus mengganti dengan uang, padahal harga sepatunya senilai penghasilan saya satu bulan. Peristiwa ini nyaris membuat saya putus asa,” kenangnya.
Ongko menyampaikan, bahwa untuk harga loundry satu pasang sepatu, antara Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu. “Tergantung jenis sepatu,” ujarnya.
Melihat usahanya yang terus berkembang, Ongko tidak melupakannya untuk bersyukur. Maka ia buktikan dengan bersedekah tiap pekan, di hari Jumat, dengan cara memberikan diskon Rp 12 ribu untuk perpasang sepatu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pengguna, bahkan sampai mencapai ratusan sepatu.
Kini bisnis Ongko terus merambah di luar kota Malang. Dia pun melayani jasa melalui jarak jauh. Ongko telah menjadi ‘bos’, minimal untuk dirinya sendiri.
Namun ia tidak cepat puas. “Kami akan mengembangkan terus usaha ini. Kami ingin memberikan pesan kepada generasi muda, agar memanfaatkan waktu muda untuk berkreativitas. Ayo menjadi bos untuk diri sendiri. Jangan malu berusaha,” kata Ongko Limo Fajar Sukma Gati dengan semangat. (*)
Penulis Mohamad Su’ud. Editor Mohammad Nurfatoni.