PWMU.CO-Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Tanggul Jember mengadakan kajian rutin di Masjid Al Huda, Kramat Sukoharjo, Jumat (10/1/2020). Acara dihadiri seluruh kader Aisyiyah dari ranting-ranting.
Emak-emak energik berseragam hijau dan berkerudung kuning cantik ada yang berkumpul di halaman Masjid Dakwah, Kauman, untuk berangkat bersama ke tempat acara. Ada dua minibus siap mengantar mereka. Tak sedikit yang mengendarai sepeda motor bersama-sama seperti konvoi emak –emak.
Kajian rutin kali ini dilaksanakan di masjid yang terletak di ranting paling utara kota Tanggul. Desa Kramat Sukoharjo yang terletak di lereng Gunung Argopuro.
”Alhamdulillah, jalannya sudah mulus. Meski naik turun tidak khawatir. Tidak seperti beberapa tahun yang lalu, nggronjal,” kata Hj Mufidah Syafii, sesepuh Aisyiyah Tanggul. Ibu-ibu yang diajak berbincang mengangguk sambil tersenyum lebar.
PecintaMelahirkan Kasih Sayang
Kajian dimulai dengan membacakan surat Nuh ayat 1-22. Dengan suara lantang, Hj Yuni Irsyad memimpin tilawah bersama. Tampil sebagai penerjemah Yati Rohim. Setelah itu Hj Tutik Iriani menyampaikan tausiyah pembuka.
”Marilah ibu-ibu kita introspeksi, mengevaluasi setelah mengikuti kajian Aisyiyah Jumat demi Jumat, bulan demi bulan bahkan tahun demi tahun, apakah ada peningkatan pemahaman keagamaan kita?” tanya Tutik membuka ceramahnya.
Anggota Aisyiyah yang sudah puluhan tahun ikut kajian, sambung dia, kalau diukur seperti jenjang pendidikan sudah S berapa. Dari semua kegiatan itu, satu yang diinginkan mengapa warga Aisyiyah tekun mengikuti kajian adalah merasakan nikmat iman dan Islam. Mengharap ridlo Allah melalui Aisyiyah.
”Saya yakin sekian tahun berkumpul, pastilah muncul rasa cinta antara anggota. Merasakan kehilangan jika tak bersua. Saling mendoakan jika ada yang mendapat ujian kehidupan,” tambah Tutik.
Menurut Tutik, kalau sudah muncul rasa cinta, maka seharusnyalah warga Aisyiyah menjadi pecinta bukan pencela.
”Pecinta akan melahirkan rasa kasih sayang, kejujuran dan sifat-sifat baik lainnya. Namun sebaliknya, kalau menjadi pencela maka yang akan lahir adalah permusuhan dan sifat buruk. Tidak ada dalam perjalanan Aisyiyah, anggotanya saling mencela. Yang ada adalah musyawarah mufakat,” tandasnya.
Aisyiyah, katanya, sudah banyak dikenal. Maka mari kita tunjukkan cara bicara, bertinglah laku layaknya seperti pengikut Nabi Muhammad.
Usai tausiyah dilanjutkan ceramah inti menampilkan Noor Hayati BA. Dia menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan melalui WA. Seperti mengapa hanya lima Nabi yang mendapat julukan ulul azmi. Bagaimana cara bersedekah senyum padahal Allah menganugerahi wajah yang sulit tersenyum.
Kajian PCA Tanggul ini ditutup dengan makan siang dengan hidangan nasi jagung, urap-urap, tumis pakis, gulai petai, pecel terong dan peyek ikan asin. (*)
Penulis Humaiyah Editor Sugeng Purwanto