PWMU.CO–Pembunuhan Jenderal Iran, Qasem Soleimani, hanyalah permainan politik bagi Presiden Amerika serikat Donald Trump menghadapi Pemilu 2020. Dia ingin menunjukkan kepada rakyat Amerika sebagai orang kuat yang layak dipilih lagi.
Begitu analisis pengamat politik luar negeri dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof Dr Bambang Cipto MA ditemui di kantornya, Sabtu (11/1/2020).
Dosen Hubungan Internasional ini memperikirakan, meskipun saat ini kondisi memanas lambat laun tensinya bakal mereda. ”Perkiraan peristiwa pembunuhan ini bakal memicu Perang Dunia III kemungkinan kecil terjadi,” katanya.
Tanda-tanda itu bisa dibaca dari sikap Donald Trump yang memilih menarik diri tak ingin memperluas konflik. Seperti disampaikan Trump dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih, Kamis (9/1/2020).
Menurut dia, Trump tak meladeni serangan balasan pasukan Iran terhadap basis militer AS di Irak. Dia memilih menahan diri demi kepentingan politiknya sendiri untuk Pemilu.
“Sebenarnya, Trump itu tidak suka berperang. Alasan di balik operasi militer AS yang dilakukan kepada Jenderal Iran Soleimani karena Trump ingin menunjukkan pengaruhnya sangat kuat,” kata Bambang Cipto.
”Trump berharap dengan melakukan pembunuhan terhadap Jenderal Qasem Soleimani, rating dia akan naik lebih kuat lagi dalam kampanye Pemilu,” tandasnya.
Dijelaskan, Trump butuh justifikasi, dukungan yang kuat. Sebetulnya ini merupakan konflik di dalam negeri AS sendiri untuk menunjukkan citra Trump sebagai calon presiden yang kuat.
Berlanjut Sanksi Ekonomi
Langkah yang dipilih Trump daripada perang fisik kemungkinan memberikan sanksi ekonomi kepada Iran. Sanksi yang kerap kali diberikan AS kepada Iran.
Tujuan pemberian sanksi ekonomi itu adalah untuk menekan Iran. “Itu maknanya luas, pasalnya Eropa tidak bisa bertransaksi bisnis dengan Iran yang harus menggunakan mata uang Dollar,” papar Bambang Cipto.
Guru besar bidang politik Ilmu Hubungan Internasional ini mengatakan, potensi Perang Dunia III yang digembar-gemborkan kemungkinan besar tidak akan pernah terjadi.
“Serangan balasan yang dilancarkan Iran hanya sebagai bentuk pembalasan sesaat dan tidak akan meluas,” katanya lagi.
Kata Bambang, semua orang saat ini memikirkan bisnis. Perang hanya akan menimbulkan kerugian besar. Iran tidak memiliki kekuatan sebesar AS. Jadi, serangan balasan itu hanya sebagai pembuktian bahwa Iran tak gentar menghadapi AS dan menunjukkan sebagai negara kuat di Timur Tengah.
Seperti diberitakan, Jenderal Qasem Soleimani tewas dalam serangan bom drone pada Jumat (3/1/2020). Garda Revolusi Iran kemudian meluncurkan lusinan rudal balistik ke pangkalan militer Amerika Serikat di Irak, Selasa (7/1/2020) sebagai balasan. (*)
Penulis Affan Safani Adham Editor Sugeng Purwanto