PWMU.CO – SDI Nurul Iman Menganti, Gresik, behasil meloloskan tiga siswanya dalam semifinal KMNR Ke-15 yang akan digelar 23 Februari 2020.
Tahun ini, Sekolah Dasar Islam (SDI) Nurul Iman Menganti untuk kali kedua mengikuti KMNR ini. Yakni Kompetisi Matematika Nalaria Realistik se-Indonesia yang digelar Klinik Pendidikan MIPA (KPM).
Kepala SDI Nurul Iman Siti Rondiyah MPd bersyukur ada tiga siswanya yang berhasil lolos. Ia menyampaikan apresiasi atas raihan prestasi tersebut.
Ia menjelaskan, sebanyak 28 siswa berkesempatan mengikuti babak penyisihan yang telah digelar 24 November 2019 lalu. Namun, ada dua siswa yang tidak dapat hadir karena sakit.
“Alhamdulillah, bagi yang lolos ke semifinal, selamat berjuang. Bagi yang belum, tetap semangat karena masih banyak kesempatan lain di depan,” ujarnya saat dihubungi PWMU.CO via pesan WhatsApp, Ahad (19/1/20).
Sekolah yang berlokasi di Jalan Sirsat Blok AD, Menganti Satelit Indah, Sidojangkung, Menganti, Gresik itu telah dua kali meloloskan siswanya menuju babak semifinal. “Yang pertama tahun 2019 itu ada lima siswa. Tahun ini ada tiga siswa,” ungkapnya.
Ketiga siswa tersebut adalah Yasmine Aulia Aninda Putri (kelas II), Zada Kanza Makhfiya Mohammad (kelas V), dan Keysah Diva Nanda (kelas VI). Mereka akan berjuang dalam babak semifinal pada 23 Februari 2020 mendatang.
Siti Rondiyah mengaku persiapan pembinaan siswa kali ini tidak sematang tahun lalu. Hal tersebut, lanjutnya, akan menjadi evaluasi untuk perbaikan ke depan. “Insyaallah sekolah akan mengagendakan pembinaan untuk tiga semifinalis ini, baik internal maupun eksternal,” tuturnya.
Ia berharap anak-anak dapat menikmati pembinaan dan bisa lolos hingga final di Bogor. “Ini pasti akan menjadi pengalaman menarik bagi mereka,” ujarnya.
Suka Matematika karena Sensasinya
Salah satu semifinalis dari SDI Nurul Iman Zada Kanza Makhfiya Mohammad mengaku senang saat mengetahui kabar lolos menuju semifinal. Ia tak menyangka tahun ini kembali lolos untuk yang kali kedua.
Zada pernah menjadi semifinalis KMNR Ke-14 tahun lalu. Saat itu, ia masih duduk di bangku kelas IV. Siswa kelahiran Surabaya, 3 Desember 2008 itu mengaku mulai menyukai Matematika sejak kelas IV.
“Kalau menemukan jawabannya, ada sensasinya,” ungkapnya. (*)
Penulis Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.