Pengasong koran berjuluk Ninja Monjali itu kini bergelar doktor. Berikut kisah perjuangan bocah asli Lamongan yang sekarang menjadi Wakil Ketua PDM Gresik.
PWMU.CO – Senin pagi itu, seorang pria dengan berjas biru berdasi merah menyambut para undangan. Sebagain besar adalah aktivis Muhammadiyah, organisasi bidang pendidikan, dan akademisi.
Dengan didampingi empat wanita, pria itu menyembut undangan di Aula Gedung Kuliah Bersama (GKB) 4 Lantai 4 Kampus 3 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) (27/01/2020).
Pria tersebut adalah Mustakim yang didampingi istri dan ketiga putrinya. Hari itu pria kelahiran Desa Pelangwot, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamogan itu akan menjalani Ujan Promosi Doktor Program Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Direktorat Program Pascasarjana UMM.
Awali Presentasi dengan Tembang Maskumambang
Mustakim mempresentasikan disertasi berjudul Konstruksi Pemimpin atas Tradisi Giri Kedaton sebagai Identitas Sosial Budaya Masyarakat Kabupaten Gresik di hadapan delapan orang penguji, undangan akademisi, dan undangan lainnya.
Ujian Promosi Doktor dipimpin oleh Ketua Dewan Penguji Prof Ahsanul In’am PhD, Direktur Direktorat Program Pascasarjana UMM.
Mustakim mengawali presentasi dengan menyapa hadirin. Yang unik, sapaan itu dia sampaikan dengan tembang Maskumambang. Setelah itu dia menyampaikan puji syukur dengan tembang Asmasradana Pambuka.
Usia nembang, Mustakim menyampaikan hasil penelitiannya. “Latar belakang penelitian ini adalah seringkali kita terbelalak ketika tradisi bangsa kita diambil oleh bangsa lain. Di situlah kita baru sadar bahwa menjaga tradisi itu sangat penting,” jelas Juara II Pengawas Sekolah SMA Berprestasi Tahun 2016 itu.
Mustakim kemudian menjelaskan beberapa manfaat teoritis dan praktis dari penelitiannya. “Di antara manfaat praktisnya adalah memberikan informasi kepada masyarakat. Bahwa pemimpin selaku agen dan pembawa amanat rakyat memiliki peran dominan. Yakni dalam upaya menguatkan tradisi lokal sebagai identitas sosial budaya secara berkesinambungan,” tuturnya.
Soal Tujuh Tradisi Gresik
Menurut penelitiannya, ada tujuh tradisi di Gresik yang teridentifikasi. Yaitu Malem Selawe, Seni Macapat, Seni Lukis Damar Kurung, Rebo Wekasan, Kolak Ayam, Pasar Bandeng, dan Kirab Budaya Giri Kedaton.
Penulis produktif yang sudah menghasilkan 26 judul buku sejarah tersebut memberikan beberapa analisis domain dalam menyikapi tradisi Giri Kedaton. Baik domain spiritual, kultural, ekonomi, maupun politik.
“Adapun domain politik bahwa pemimpin atau leader, baik dari unsur pemerintah, organisasi kemasyarakatan, dan LSM di Gresik menganggap bahwa tradisi Giri Kedaton bagian dari membangun dan menguatkan legitimasi kekuasaan,” paparnya.
Salah satu kesimpulan penelitiannya, proses konstruksi identitas sosial budaya lokal oleh pemimpin akan berjalan baik jika melalui regulasi yang dikuatkan pengawalan dalam pelaksanaan di ranah sosio kultural.
Berbagai pertanyaan dari Dewan Penguji dijawab dengan baik sesuai dengan temuan hasil riset dan dihubungkan dengan ilmu sejarah dan sosiologi yang dikuasainya.
Di akhir proses ujian, promotor Profesor Dr Ishomuddin menyampaikan pengumuman kelulusan. “Setelah dilakukan sidang Dewan Penguji, maka saudara Mustakim dinyatakan lulus sebagai doktor dengan nilai A,” ucapnya yang langsung disambut tepuk tangan hadirin.
Mustakim bahagia dan bersykur atas prestasi itu. “Tak henti-hentinya saya bersyukur pada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk bisa menyelesaikan S3,” ujarnya pada PWMU.CO, Sabtu (1/2/20)
Dia tak lupa menyampaikan terima kasih kepada ( yang mengiring dan memberikan semangat selama ujian berlangsung.
Bekas Pengasong Berjuluk Ninja Monjali
Keberhasilan Mustakim meraih gelar dokor adalah capaian bersejarah dalam hidupnya. Mungkin itu tak dia bayangkan saat dia masih menempuh pendidikan S-1 Program Studi Sejarah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Untuk bisa bertahan hidup dan membiayai kuliahnya, mahasiwa dari keluarga tidak mampu ini terpaksa menjadi pengasong koran.
Saat menjadi pengasong koran di Prapatan Monjali Yogyakarta itu dia sering menggunakan topeng ala ninja sehingga saat itu dijuluki Ninja Monjali. “Biar tidak terganggu teman-teman kuliah yang sering lewat di Perempatan Momumen Jogja Kembali,” kenangnya.
Saat itu, tahun 1995-1998, dia bersama temannya satu desa, Muhammad Nuh. Kini keduanya telah menyandang gelar doktor. Muhammad Nuh yang menjadi dosen Fakultas Administrasi Universitas Brawijaya Malang itu pun ikut menghadiri uian Mustakim.
Mustakim dan keluarganya patut bersyukur. Demikian juga warga Muhammadiyah Gresik. Sebab Dr Mustakim adalah anggota Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik yang ketiga menyandang gelar doktor. Sebelumnya adalah Ketua PDM Gresik Dr Taufiqullah dan Sekretaris PDM Gresik Dr Sarwo Edy.
Biografi Singkat Mustakim
Istri Ambarwati Susy Trimuladsih
Anak
- Historia Alfatihah Mustakim (Jurusan Ilmu Sejarah UGM Semester IV).
- Farah Mumtahanah Mustakim (Kelas XII SMA Muhammadiyah 1 Gresik).
- Fildzah Qaleysa Mustakim (TK ABA 36 Pongangan Manyar Gresik)
Pendidikan
- MI Muhammadiyah 8 Pelangwot Laren Lamongan (lulus 1987).
- SMP Muhammadiyah 4 Pangkatrejo Lamognan (lulus 1990).
- SMA Muhammadiyah 3 Parengan Maduran Lamongan (lulus 1993).
- S1 Ilmu Sejarah Fakultas Sastra UGM (1993-1998).
- S2 Magister Sosiologi UMM )2009-2011).
- S3 Prodi Doktor Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM (2016-2020).
Pekerjaaan
- Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik (2001-sekarang).
- Pengawas SMA Dispendik Kabupaten Gresik (2012-2017).
- Pengawas SMA Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Lamongan (2017-sekarang).
Selamat Ninja Monjali! (*)
Penulis M Fadloli Aziz. Editor Mohammad Nurfatoni.