PWMU.CO – Makna di balik kalimat talbiyah labbaik allahumma labbaik disampaikan Dr KH Aslich Maulana SH MAg kepada jamaah KBIH Baitul Atiq, Ahad (19/1/20). Bertempat di kediaman H Budi Ismanto dan Hj Amsah Sayugi, Jalan Mawar Nomor 4 Desa Betiring Banjarsari, Kecamatan Kebomas, Gresik, acara tersebut dihadiri sekitar 60 jamaah yang berangkat tahun 2018 lalu.
Ketua Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Baitul Atiq Aslich Maulana mengingatkan kembali pentingnya menjaga kemabruran haji setelah kembali ke tanah air. Menurutnya, para jamaah cukup menjaga dan memelihara haji yang telah dilakukan supaya tetap menjadi mabrur dan terjaga.
Salah satu di antara upaya menjaga itu, kata dia, lewat silaturrahim, saling mengingatkan, sehingga selalu ingat kenangan-kenangan saat menunaikan ibadah haji dan berusaha untuk menjaga.
Ia mengingatkan, saat di Makkah sebelum azan sudah berangkat. “Karena kalau nunggu adzan, tidak kebagian tempat shalat, akhire ngambung embong lan telek’e dara (akhirnya mencium jalan yang ada kotoran burung dara),” ujarnya. Saat ini, Aslich Maulana berharap para jamaah tetap menjaga shalat berjamaah.
Makna di Balik Kalimat Talbiyah
Aslich Maulana menjelaskan, dengan mengucapkan kalimat talbiyah labbaik allahumma labbaik, itu artinya ada empat hal yang menjadi panggilan kita. Pertama, sanggup melaksanakan perintah Allah. Kedua, sanggup menjauhi larangan Allah. Ketiga, sanggup melakukan tugas krusial di tengah masyarakat. Keempat, sanggup menerima panggilan Allah untuk menghadap atau kematian.
“Semoga yang dipanggil oleh Allah ini dengan bekal haji yang dilakukan, mudah-mudahan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Dosa-dosanya diampuni oleh Allah dan ditempatkan di surganya,” ungkap Aslich Maulana menjelaskan makna kalimat talbiyah.
Dikisahkan, sejak 2019 jamaah haji Jawa Timur saat di Makkah ditempatkan di Mahbas Jin (Penjara Jin) sesuai zonasi. Arahnya, kata Aslich Maulana, dari pintu Marwah lurus, ada dua terowongan, jaraknya sekitar 3 kilometer. “Sehingga karena seluruh jamaah Jawa Timur ditempatkan di situ, kalau mau cari jamaah dari Jombang, Mojokerto, dan lain-lain, itu mudah, karena lokasinya jadi satu. Itu untuk selanjutnya akan tetap. Sedangkan tahun 2018 masih di Misfalah,” terangnya.
Ia menambahkan, batu kerikil untuk melempar jumrah pada 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah sudah dibagi di Makkah. Menurutnya, hal itu bukan menjadi masalah karena batu itu bisa dibuang dan diambil kembali saat tiba di Musdalifah. “Kan artinya tetap ngambil di Musdalifah, uncalno trus jupuken maneh (buang dan ambil kembali),” tuturnya karena waktu yang terbatas di Musdalifah.
Ia mengatakan, jika mendaftar haji sekarang, maka berangkatnya tahun 2047 mendatang. “Oleh karena itu bapak dan ibu yang sudah berangkat tinggal menjaga dan memelihara haji yang kita lakukan sekali itu,” ujarnya.
Islam Tak Sekadar KTP
Aslich Maulana menuturkan, tugas umat Islam ke depan adalah berkuasa sebagaimana dulu. Oleh karena itu, lanjutnya, kita harus mendukung dengan pemahaman Islam yang lebih mendalam, sehingga bangkitnya Islam di masa yang akan datang didukung oleh pengetahuan dan pemahaman keislaman. “Jadi Islam kita tidak sekadar Islam KTP atau keturunan, tapi setidaknya seperti umat Islam yang di luar negeri itu. Mereka masuk Islam karena mereka memahami Islam,” harapnya.
Ia menyayangkan keislaman kita ditandai dengan KTP, tertulis agama Islam. “Dan jumlah umat Islam yang KTP-nya bunyi Islam cukup banyak, sayangnya tidak diimbangi dengan belajar keislaman,” ujarnya.
Aslich Maulana mencontohkan, ada yang keislamannya ditandai karena keturunan. Bapak ibunya Islam sehingga kita ditandai muslim. Selain itu, lanjutnya, ada trend jumlah muslim di dunia semakin meningkat.
Disebutkan, terbesar pertama di India sejumlah 170 juta umat Islam, diprediksi tahun 2030 nanti bisa melebihi yang ada di Indonesia. Di Inggris hampir tiap hari ada orang bersyahadat masuk Islam. “Lalu Cina dengan penduduk muslim yang sangat besar. Yang sekarang ditindas muslim Uighur,” ungkapnya.
Ia menambahkan, jamaah haji dari China cukup besar jumlahnya. Selain itu, muslim Kanada juga berkembang pesat. Gambaran ke depan, kata Aslich Maulana, jumlah umat Islam di dunia lebih besar dibanding dengan pemeluk agama lain.
Perintah Menjadi Muslim Kaffah
Aslich Maulana menegaskan, Allah memerintahkan kita untuk menjadi muslim yang kaffah. Hal itu sesuai firman Allah dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 208, artinya ‘wahai orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam dengan utuh, secara paripurna, dan jangan ikuti perilaku setan, karena sesungguhnya setan itu musuhmu yang paling nyata’.
Islam yang kaffah itu, kata Aslich Maulana, setidaknya ditandai dengan 3 hal. Pertama, mengucap kalimat syahadat, asyhadu anla ilaha illallah, mengawali kehidupannya dengan syahadat dan mengakhiri hidup dengan kalimat laa ilaaha illallah. “Makanya laqqinu mautakum bi laa ilaaha illallah, kita hidup sampai mati itu dengan membawa kalimah laa ilaaha illallah,” tuturnya.
Kedua, diri dan harta kita itu milik Allah, titipan dari-Nya. “Innallahasytarasu, sesungguhnya Allah membeli, minal mukminiin, dari orang-orang beriman, anfusahum, diri mereka, wa amwaalahum, dan harta mereka, bi anna lahumul jannah, sebagai harganya surga,” terang Aslich Maulana.
Jadi, lanjutnya, diri dan harta kita adalah milik Allah. Tapi oleh Allah masih dibeli dan diganti dengan surga. “Oleh karrena itu, kita mestinya menyerahkan diri dan harta kita itu untuk Allah,” tegasnya.
Ketiga, ada misi yang dititipkan oleh Allah, liyudhirohu ala dini kullih, walau karihal kaafirun, hendaknya kamu menangkan agama Allah. “Jadi agama Allah itu harus dimenangkan. Itu misi titipan Allah. Walaupun orang-orang kafir tidak suka dengan kemenangan Islam,” kata dia.
Oleh karena itu, lanjutnya, tanda-tanda kejayaan Islam sudah mulai diperlihatkan. “Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi Islam ini akan mengalami kejayaan di dunia. Amin,” harapnya. (*)
Penulis Estu Rahayu. Co-Editor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.