PWMU.CO – Kenangan Haedar Nashir terakhir dengan pengasuh Ponpes Tebu Ireng Jombang Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah saat bezuk di RS Harapan Kita Jakarta, Jumat (31/1/2020).
Ketua Pimpinan Pusat Muhamamdiyah Haedar Nashir mengatakan, saat itu Gus Sholah berada di ruang bedah untuk operasi jantung
Dia diterima oleh keluarga yang menungguinya seperti Farida Sholahudin Wahid, Lily Chodidjah Wahid, dan dr Umar Wahid, serta keluarga lainnya. Juga ada bekas Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin. Di rumah sakit itu mereka juga berdoa bersama untuk almarhum.
”Saya kenal lama dengan Gus Sholah sebagai sosok yang rendah hati, bergaul luas dengan banyak kalangan, moderat, memiliki komitmen keislaman yang kuat, dan visi kebangsaan yang luas. Selain itu, Gus Sholah sangat konsens pada demokrasi dan hak asasi manusia dengan konsisten” kata Haedar Nashir, Ahad (2/2/2020).
Kenangan Haedar Nashir diceritakan, pada tahun 2017, dia bersama istri, serta Gus Sholah yang juga didampingi istrinya menunaikan ibadah haji undangan khusus Raja Salman.
”Dalam musim haji tersebut saya bersama Gus Sholah termasuk rombongan perwakilan dunia Islam yang bertemu Raja Salman di Istana Mina,” ujarnya.
Nobar Film Dua Kiai
Menurutnya, Gus Sholah sosok yang sederhana dan santun. Selama sekitar dua pekan mereka berdua ngobrol dan berdiskusi banyak hal tentang Muhammadiyah dan NU, umat Islam, bangsa, dan perkembangan global. ”Wawasan Gus Sholah moderat dan melintasi zaman serta selalu menjaga keseimbangan,” tutur Haedar.
Kenangan Haedar Nashir juga disampaikan, sebelum Gus Sholah terbaring sakit, dia masih berkomunikasi soal rencana pemutaran film dua tokoh Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asyari. Waktu itu direncanakan mengundang Presiden Joko Widodo.
”Beliau begitu rupa ingin agar umat dan masyarakat luas mengenal KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyari, kedua tokoh umat dan bangsa yang besar jasanya dan melahirkan Muhammadiyah dan NU sebagai warisan terpenting,” papar Haedar.
Dia menyampaikan, perhatian Gus Sholah terhadap pendidikan sangat luar biasa, terutama untuk pengembangan pendidikan Islam yang berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni.
Ketika Pemilu 2019, dia juga intensif bertemu bersama banyak kalangan untuk menggalang moderasi dan tidak terlibat politik partisan agar ada kekuatan penyeimbang.
”Beliau tidak ingin Pemilu menjadi faktor pemecah belah dan berujung pada kegaduhan politik yang meruntuhkan persatuan, demokrasi, dan kebersamaan,” begitu kenangan Haedar Nashir.
”Kita lepas kepergian Gus Sholah dengan ikhlas, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, semoga almarhum husnul khatimah dan diterima di sisi Allah swt,” ujar Haedar. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto