Hadits soal menuntut ilmu kenapa redaksinya menggunakan faridhatun, bukan fardhun. Ustadz Taufiqullah menjelaskan berikut ini.
PWMU.CO – Berikan bekal ilmu anak-anakmu karena mereka diciptakan hidup di zaman yang berbeda dengan zamanmu.
Itulah yang disampaikan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhamamdiyah Gresik Dr Taufiqullah MPd dalam acara Pembekalan Pendidikan oleh Prof Dr Zainuddin Maliki Msi di SMK Muhammadiyah 5 Gresik, yang berlokasi di Desa Sorowoti, Kecamatan Panceng, Jumat (7/2/2020).
“Artinya kalau kita sudah meninggal dunia yang kita harapkan sebagai pelanjut dan harapan cita-cita kita adalah anak-anak kita,” kata Ustadz Taufiq, sapaannya. Maka, lanjutnya, marilah kita siapkan generasi kita dengan bekal ilmu dan akhlak.
Selanjutnya Ustadz Taufiq menjelaskan hadits tentang mencari ilmu sebagai kewajiban bagi setiap Muslim. “Dalam hadits tersebut, Rasulullah menggunakan kata faridhatun yang artinya sangat-sangat diwajibkan. Bukan sekadar wajib,” terangnya.
Kalau sekadar wajib, ungkapnya, maka kata yang pakai adalah fardhun, bukan faridhatun.
Menurut dia kewajiban dalam mencari ilmu pengetahuan tidak dikhususkan bagi laki-laki. Akan tetapi bagi perempuan juga.
“Pandangan bahwa anak perempuan tidak perlu diberikan ilmu pengetahuan tinggi-tinggi sudah tidak pada masanya. Jika dulu anak perempuan sudah sekolah tingkat SMK sederajat tidak perlu melanjutkan lagi karena perananya hanyalah di kasur, di dapur, dan di sumur,” terang Taufiqullah.
Menurut dia, hal itu adalah pandangan yang keliru. Mendidik anak perempuan dengan baik adalah anjuran dari Rasulullah. “Barang siapa memiliki tiga anak perempuan dirawat dengan sabar dan didik dengan baik, maka baginya adalah surga,” ucapnya.
Dalam hadits tersebut, sambungnya, disebutkan juga jika seseorang hanya memiliki dua anak perempuan maupun satu anak perempuan saja maka tetap berhak untuk mendapatkan surga.
“Syaratnya adalah dirawat dengan sabar dan didik dengan baik,” katanya menjelaskan hadits soal menuntut ilmu.
Pendidikan Jangan Berhenti pada Ijazah
Taufiqullah juga mengingatkan agar tidak puas apabila mendidik anak dengan mendapatkan ijazah saja.
Kadang, terang Ustadz Taufiq, kesuksesan orangtua adalah setelah anaknya mendapatkan gelar baik akademik. Orang yang sudah punya gelar akan tetapi tidak kompeten dalam bidang tersebut maka diibaratkan seperti memberikan perhiasan yang mahal akan tetapi dikalungkan pada seekor babi.
“Ini tidak menambah kemuliaan dan kehormatan apapun,” tegasnya. “Jadi yang diminta Rasulullah adalah belajar sampai memiliki ilmu yang kompeten d ibidangnya.”
Taufiqullah berharap SMK Muhammadiyah 5 Panceng tidak menjadi SMK pertanian dan peternakan ‘sastra’. “Hanya cerita-cerita saja tapi tidak turun ke lapangan dan menghadapi masalah secara riil dan memiliki kompetensi untuk menghadapi tantangan masa depan,” pesannya. (*)
Penulis Khoirul Anam. Editor Mohammad Nurfatoni.