PWMU.CO – Surat SD Muwri untuk Komnas HAM dibacakan salah satu guru di halaman sekolah, Jumat (28/2/20). Surat itu berisi ungkapan dan harapan keluarga besar SD Muwri atas insiden yang menimpa SMP Negeri 1 Turi, Sleman, Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Diberitakan, dalam tragedi susur sungai, delapan siswa meninggal dan dua siswa dinyatakan hilang. Akibat peristiwa ini tiga guru dijadikan tersangka.
Runyamnya tiga guru ini diperlakukan seperti penjahat oleh polisi dengan menggunduli kepala guru. Tak pelak muncul kecaman kepada polisi atas tindakan yang dianggap melecehkan profesi guru ini.
Isi Surat untuk Komnas HAM
Salah satu guru SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (Muwri) Gresik Miftakhul Musdalifah SPd berkesempatan membacakan surat yang akan dikirim ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di depan peserta aksi. Baru membaca dua baris suratnya, guru kelas VI ini tangisnya pecah sehingga membuat suasana aksi pagi itu semakin haru.
Tak ayal membuat beberapa peserta aksi yang lain ikut menangis. “Kami turut berduka cita yang sangat mendalam atas apa yang dialami siswa-siswi SMPN 1 Turi Sleman Yogyakarta,” ucapnya mengawali membaca surat.
“Satu satunya yang membuat kami sebagai pendidik bahagia adalah ketika kami melihat anak didik kami sukses. Jadi mana mungkin kami sebagai pendidik menginginkan anak didik kami celaka,” lanjutnya membacakan isi surat tersebut.
Sebelumnya, kegiatan diawali pembacaan puisi oleh Lio Ratmana Putra, siswa kelas II Utsman Bin Affan. Dia membawakan puisi tentang ‘Guru’ dengan syahdu dan menyentuh peserta aksi.
Suasana semakin haru saat siswa kelas VI menyanyikan lagu “Terima Kasih Guru”. Ayu Intan Sari SPdI, Master Of Ceremony (MC) tampak menitikkan air mata. “Merinding denger anak-anak nyanyi lagu Terima Kasih Guru. Setiap dengar lagu ini pasti terbawa suasana,” ungkapnya.
Ungkapan Keprihatinan Warga SD Muwri
Sebagai simbol belasungkawa dan bentuk solidaritas terhadap tiga guru yang mengalami tindakan kurang baik, seluruh peserta memakai atribut pita hitam yang diikat di lengan kiri. Tak hanya itu, banyak juga poster peserta seakan menyuarakan aspirasi mereka.
Maghfirotul Azmi Indi putri, siswa kelas IV Said Bin Zaid mengaku sedih melihat guru yang digunduli seperti pelaku begal. “Kasihan sama bapak guru yang sudah tua terus digunduli dan disuruh jalan tanpa alas kaki seperti pencuri motor,” ujarnya polos.
Keprihatinan juga diungkapkan Putri Hadi Mariana, salah satu peserta dari Ikatan Wali Murid (Ikwam). “Saya melihat berita itu merasa prihatin, guru diperlakukan seperti itu. Padahal bukan suatu kesengajaan dari mereka, kaya penjahat kelas kakap aja,” ungkapnya.
Namun, ia mengatakan setuju, hukum harus tetap berjalan. “Tapi tolong perlakuannya jangan sampai tidak menghargai seorang guru,” lanjutnya.
Kegiatan diakhiri dengan penandatanganan banner petisi yang diawali Ketua PGRI Cabang Wringinanom Suroso Spd MM, dilanjutkan peserta aksi yang lain. (*)
Kontributor Khoirunnisa. Co-Editor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.