Pegiat cilik lingkungan hidup yang viral karena menulis surat ke beberapa pimpinan negara ini ternyata alumnus SD Muhammadiyah 1 Wiringinanom (SD Muwri), Gresik.
PWMU.CO – Ada tiga jenis sampah luar negeri yang masuk ke Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Aeshnina Azzahra Aqilani dalam pemeran sampah di acara seminar bertajuk Mengembangkan Sekolah Adiwiyata Bebas Plastik yang diadakan oleh SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri) Gresik berkolaborasi dengan Ecoton Foundation, Kamis (5/3/20).
Nina, sapaan Aeshnina Azzahra Aqilani adalah alumni SD Muwri dan sekarang duduk di kelas VIII SMPN 12 Gresik. Dia menjelaskan soal sampah luar negeri kepada peserta seminar yang terdiri dari perwakilan guru, Ikwam, pegiat lingkungan di Kabupaten Gresik dan Sidoarjo, serta siswa kelas IV sampai VI.
Nina menjelaskan, bahwa yang diimpor Indonesia adalah kertas. Tetapi sampah plastik banyak terselip di dalamnya. “Saya sedih melihat sampah plastik yang penguraiannya butuh berpuluh-puluh tahun itu dibuang ke Indonesia. Apakah pemerintah tidak mengetahuinya?” urainya sambil menunjukkan sampah kemasan makanan instan produksi Amerika Serikat.
Tiga jenis sampah tersebut yaitu house hold (kebutuhan rumah tangga). Contohnya detergen dan pembersih lantai.
Kedua, food pqackaging (kemasan makanan). Contohnya sashet makanan beku, makanan hewan, bungkus sayuran, susu, dan cemilan.
Ketiga personal care (perawatan diri) contohnya botol sampo, lotion, conditioner rambut.
Dia menjelaskan dengan skema gambar yang dibuatnya di atas selembar kertas karton. Menurtinya Indonesia merupakan negara berkembang yang hampir 40 tahun sebagai tempat ekspor sampah plastik dan kertas bagi negara maju.
Sebagai Aktivis Cilik Pegiat Lingkungan
Aktivitas cilik ini mengatakan hatinya terketuk sebagai pegiat lingkungan karena sering menyaksikan Kali Surabaya depan rumahnya sebagai pembuangan sampah plastik.
“Dahulu warga desa sekitar rumah saya sebagai petani di sawah atau ladang. Tapu sekarang menjadi petani sampah, yaitu memilah sampah yang bisa dan tidak bisa di daur ulang yang berasal dari luar negeri,” jelasnya.
Berbagi pengalaman dengan adik kelasnya, alumni SD Muwri angkatan ke-9 ini mengatakan bersemangat menjadi duta lingkungan Ecoton bersama orang tuanya. “Saya punya ide menulis surat dan mengirimnya ke duta besar Jerman Peter Schof dan Konselir Angela Markel, dan Perdana Menteri Australia Scott Morison Januari lalu,” tandasnya.
Gadis cilik ini mengatakan inti dari isi suratnya adalah mengimbau negara-negara tersebut untuk berhenti mengekspor sampah plastik ke Indonesia. “Tidak disangka surat saya ini diterima dan saya di undang ke kantor Dubes mereka yang ada di Jakarta,” jelasnya sambil tersenyum.
Dalam waktu dekat Nina berkeinginan mengirim surat ke Amerika Serikat dan Inggris. “Makanya adik-adik harus giat belajar bahasa Inggris ya!” celetuknya.
Nina di Mata Guru SD Muwri
Miftakhul Muzdalifah SPd guru kelas VI waktu dia bersekolah di SD Muwri menceritakan Nina adalah anak yang cerdas, kritis, polos, suka berbagi.
“Tapi sayang suka pelupa, terutama sama barang-barangnya. Suka berbagi kue atau souvenir kalau mama papanya habis dari Luar negeri,” ceritanya.
Anaknya juga romantis, suka kirim-kirim atau menulis semacam surat untuk gurunya. “Soalnya saya pernah dapat hadiah dan surat dari dia,” katanya.
Bahasa inggrisnya, sambungnya, juga bagus. Suaranya enak di dengar. Tapi agak suka mutungan kalau disuruh ikut lomba. Pernah ikut olimpiade bahasa Inggris, story telling, nyanyi, tapi ya itu di tengah-tengah pembinaan meski kadang ada mutungnya. “Anaknya idealis juga sih kalau sudah bicara mengenai masalah lingkungan. Gemar baca juga anaknya,” tandasnya.
Pesan Nina kepada Adik Kelas
Setelah selesai menjelaskan produk pamerannya Nina berswa foto bersama. Di sela itu dia menyampaikan kegembiraannya sebagai duta lingkungan yang bisa bertemu orang-orang hebat. “Menyenangkan ketika pertama kali saya shooting acara Hitam Putih yang dipresenteri Deddy Corbuzier dan Fanny Ghassani karena itu pengalaman pertama dan tak pernah aku sangka,” ungkapnya.
Bertemu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Presiden Joko Wibowo yang pernah di impikannya kini kesampaian. “Yakinlah mimpi besar akan menjadi nyata jika kita serius belajar,” jelas Nina.
“Belajar bahasa inggris juga perlu, jangan malu dan harus percaya diri cas cis cus inggris meski masih kurang sempurna,” lanjutnya.
Dia juga mengajak adik kelasnya masuk ke ruang kelas yang dulu pernah dia tempati sambil baca-baca. “Kangen! karena tidak pernah ikut teman-teman main ke SD Muwri,” jawabnya ketika di tanya tentang SD Muwri.
Usai acara dia bersalaman bersama ustadz dan ustadzah sambil mengucapkan terima kasih sudah berkesempatan belajar di SD Muwri. “Meskipun kadang ustadzah agak maksa saya belajar. Manfaatnya sekarang sudah bisa saya rasakan,” tuturnya.
Kontributor Kusmiani. Editor Mohammad Nurfatoni.