PWMU.CO– Amalan batin itu penting diperhatikan manusia saat menjalankan ibadah. Jika amalan batinnya meleceng maka bisa merusak amalan dhohir sehingga manusia tidak mendapatkan pahala.
Demikian disampaikan Ustadz Fazlurrohman Lc MPdI dalam pengajian PCM Lakarsantri di MI Muhammadiyah 28 Raya Bangkingan Surabaya, Ahad (8/3/2020).
Mengutip surat al-Ankabut ayat 6, Fazlurrohman menyampaikan,manusia dan jin diciptakan untuk beribadah kepada Allah. ”Ketika menjalankan ibadah jangan sampai diiringi riya karena bisa merusak pahalanya,” katanya.
Dalam pengajian Ahad ini, dia kemudian membacakan hadits Sahih Muslim riwayat dari Abdullah ibnu Umar mengatakan, demi zat yang jiwa Ibnu Umar berada di tanganNya, andaikata salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud, kemudian ia menginfakkannya di jalan Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya,hingga ia beriman dengan takdir.
Dijelaskan, ada orang rajin beribadah seperti shalat apakah kemudian dia mendapatkan pahalanya. Ternyata belum tentu karena tergantung dari amalan batinnya. ”Sekarang ini ada riya model baru. Walaupun seperti tersamar tapi ya tetap riya. Misalnya, di sebuah masjid diumumkan, masjid mendapat infak kipas angin dari hamba Allah.
”Terus ada seorang jamaah menyikut temannya, ngerti nggak sopo hamba Allah iku? Orang tersebut berkata sambil memberi kode hamba Allah itu dirinya,” cerita dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Tiga Orang yang Pertama Dihisab
Lantas dia berkisah lagi berdasarkan hadits shahih riwayat Imam Muslim. ”Pada yaumul hisab yang pertama dipanggil Allah dalam sidang nanti ada tiga orang,” ujarnya.
Pertama, kata dia, orang yang berjihad bukan karena agama Allah. Orang mati berjihad lalu Allah menunjukkan nikmatnya surga. Lalu orang ini ditanya, apa yang kamu perbuat sehingga kamu pantas mendapatkan nikmat ini? Orang itu menjawab, aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.
”Tapi Allah Maha Mengetahui sehingga Dia berkata, kamu dusta. Kamu berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan tentang dirimu. Tapi Allah menyuruh malaikat melemparkan orang itu ke dalam neraka,” katanya.
Kedua, tambah dia, orang berilmu dan pembaca al-Quran menjadi yang pertama mendapatkan hisab. Namun niatnya dia berharap disebut sebagai orang yang alim dan hafidh. Orang ini diperlihatkan kepadanya kenikmatan surga.
Lalu Allah menanyakannya, amal apa sehingga kamu pantas menerima kenikmatanini?’ Dia menjawab, aku menuntut ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca al-Quran karena Engkau. Allah membantahnya, kamu dusta! Kamu menuntut ilmu agar dikatakan seorang alim dan kamu membaca al-Quran supaya dikatakanqori dan hafidh. Memang begitulah yang dikatakan tentang dirimu. Tapi kamu masuk neraka.
”Karena itu jangan pernah mengharap pujian orang lain atas apa yang kita kerjakan sehingga memunculkan sifat riya dan membuat pahala hilang,” tuturnya.
Ketiga, kata dia melanjutkan, orang yang berinfak, dalam yaumul hisab diperlihatkan kepadanya kenikmatan surga. Allah bertanya,apa yang kamu sehingga pantas menerima nikmat ini? Orang itu menjawab, aku tidak pernah meninggalkan infak pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.
Allah berkata, kamu dusta. Kamu berbuat yang demikian supaya dikatakan seorang dermawan. Memang begitulah yang dikatakan orang tentangmu. Tapi orang ini dilemparkan ke neraka.
”Karena itu agar selamat dalam pengadilan yaumul hisab kita harus perbaiki amalan hati dan berdoa supaya dijauhkan dari sifat riya yang merusak ibadah,” tandasnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto