PWMU.CO – PRM Cangaan Kanor Bojonegoro membahas memurnikan akidah dalam pengajian rutin. Dalam pengajian tersebut dijelaskan juga ghirah ber-Islam, Sabtu (7/3/20).
Pengajian rutin bulanan Majelis Tabligh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) bertempat di rumah Saiful Bahari SPd dilaksanakan usai shalat isya dengan mengundang Abdul Mughis Lc.
Antusias anggota sangat terlihat. Mereka berdatangan meskipun sebelum pengajian hujan turun lebat dan waktu pengajian masih menyisahkan rintik hujannya.
Ditemui PWMU.CO, Ketua Majelis Tabligh Nur Syahid SPd mengatakan pengajian rutin bulan ini dimulai tahun 1990. Berarti sekarang sudah berjalan 30 puluh tahun. “Kunci eksisnya pengajian ini adalah ghirah ber-Islam,” ujarnya.
Setelah MC (master of ceremony), pengaian iftitah langsung disampaikan Munir SPd, wakil ketua PRM Cangaan.
Dalam iftitahnya, Munir mengatakan, kita sekarang di bulan Rajab, ada peristiwa penting dialami Nabi Muhammad SAW dalam Israk Mikraj.
Peristiwa penting ini, menurutnya, adalah untuk mendapatkan perintah shalat dari Allah SWT agar bisa melaksanakannya sebagai ibadah.
Tapi sayangnya, lanjut dia, ada umat Islam yang melakukan amalan-amalan yang tidak sesuai dengan sunnah Nabi SAW di bulan Rajab.
Munir juga menyinggung pemilihan kepala desa (pilkades) yang baru usai di desa. “Pilkades sudah usai maka mari kita islah. Kades yang terpilih itulah kades kita. Maka, peristiwa apa pun yang tidak sepatutnya harus dijauhi,” ungkpanya.
Dia mengatakan, “Mri kita perkuat ukuwah Islamiyah dan menggunakan waktu beribadah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya.”
Memurnikan Akidah dari Kontaminasi Hidup
Abdul Mughis Lc yang memberikan materi pengajian mengajak kita bersyukur kepada Allah SWT. Termasuk rintik-rintik hujan malam ini adalah nikmat-Nya. Kita masih semangat ngaji itu luar biasa.
“Malam ini saya agak mlete. Saya pake surban karena cuaca dingin dan biar pantas aja sebagai pemateri,” ujarnya disambut tawa anggota pengajian.
Di awal pengajiannya, Abdul Mughis mengajuan pertanyaan, “Pengajian ini menguatkan akidah atau nasib?” tanyanya. “Ini perlu disampaikan di sini biar jelas.”
Dia menerangkan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 258 yang artinya, “Tidaklah kamu memperhatikan orang-orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan. Ketika Ibrahim berkata, ‘Tuhanku adalah yang menghidupkan dan yang mematikan’.”
Abdul Mughis lalu bercerita, di Malang ada satu keluarga murtad karena biaya kuliah anaknya dibiayai lembaga dari kristen.
Keluarga tersebut, lanjutnya, merasa dengan pendidikan bisa menunjukan nasibnya. Padahal akidah yang kuatlah akan mencerahkan nasibnya. Contoh ini penting agar kita bisa menguatkan akidah yang terjaga dari perusakan iman.
“Islam itu selalu membawa kebenaran, tapi tidak selalu memberi kemenangan. Contohnya Nabi Musa itu dikejar oleh Firaun, kalau gak diselamatkan Allah pasti kalah. Ini bukti kemenangan itu akan selalu digilir oleh Allah, agar semua merata dan menjadi pembelajaran,” paparnya.
Abdul Mughis lantas bercerita kembali tentang Wais Alqorni budak yang telah menombak Hamzah paman Nabi SAW.
Pada suatu saat mendapatkan hidayah Allah masuk Islam. Nabi SAW sampai tidak mau melihat wajah Wais. Ini juga kehendak Allah agar menjadi pembelajaran.
“Sifat-sifat Allah yang jumlahnya 20 dari wujud, qidam, baqo harus diyakini dan dipahami dengan nyata, agar kita benar-benar menjadi pribadi muslim yang bertauhid,” harapnya.
Seorang mukmin itu bahagia, menurutnya, karena hidupnya mendapatkan ridha Allah, kalau sedih itu karena murkanya Allah.
Gajah itu, lanjutnya, setiap hari pasti makan sesuai porsinya dan tidak mikir lagi esoknya, karena besok pasti sudah ada rizkinya, begitu juga manusia.
“Kalau berpikir setiap apa yang kita lakukan harus ada gantinya, itu pemikiran kapitalis. Diri kita semua kontraknya hanya kepada Allah. Kita perlu memurnikan Aqidah kita dari kontaminasi hidup, agar bisa memahami makna hidup yang sebenarnya,” tandasnya. (*)
Penulis M Shofi. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.