PWMU.CO-Manusia beriman diserukan berbuat amal saleh. Untuk membuktikan keimanan itu Allah menurun sejumlah ujian. Tanpa iman semua amal saleh menjadi sia-sia karena tidak mendapat pahala.
Demikian kesimpulan ceramah yang disampaikan dai asal Trenggalek Nanang Wahid dalam kajian Ahad pagi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pare Kediri bertempat di Klinik Siti Fatimah, Ahad (8/3/2020).
Dia mengutip surat an-Nahl ayat 97. “Siapa saja yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang yang telah mereka kerjakan.”
Dia menyatakan, amal saleh itu bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Orang kaya memperbanyak infak, orang kuat membantu yang lemah. ”Tapi amal saleh harus didasari oleh iman,” tuturnya.
Sebab, sambung dia, semua perbuatan baik tanpa iman kepada Allah maka perbuatannya itu seperti debu yang tertiup oleh angin. Tapi kalau orang beriman, sekecil apapun perbuatannya akan mendapatkan balasan pahala.
“Ketika berjalan ada duri, paku, lantas disingkirkan, ada jalan berlubang lantas diberi tanda agar orang lain tidak terganggu, maka Allah akan memberikan pahala yang luar biasa,” tuturnya.
Untuk membuktikan semua perbuatan baik manusia, kata dia, Allah menurunkan ujian. Seperti dikatakan dalam surat al-Baqarah ayat 155.
“Sungguh Kami akan menguji kamu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Tujuan Ujian
Tujuan ujian itu, ujar dia, untuk membuktikan kesungguhan kepada Allah seperti dijelaskan dalam surat Muhammad ayat 31. “Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian, agar Kami mengetahui orang-orang yang bersungguh-sungguh dan bersabar di antara kalian.”
Kemudian Nanang Wahid melanjutkan membacakan surat Thaha ayat 124. “Siapa saja berpaling dari peringatanKu maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. “
Terakhir dia membacakan surat al-An’am ayat 6. “Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.”
Nanang Wahid menjelaskan, kalau ada orang saleh hidupnya senang maka itu wajar. Kalau ada orang tidak mau beribadah hidupnya susah, itu wajar. Tapi ada orang bermaksiat namun hidupnya serba berkecukupan. ”Itu disebut istidraj. Allah mengujinya dengan bergelimang harta seolah hidup bahagia, suatu saat tiba-tiba datang bencana kepadanya,” ujarnya. (*)
Penulis Suparlan Editor Sugeng Purwanto