PWMU.CO – Belajar Inggris ke Cambridge, dua guru MIM 1 Kota Probolinggo diharapkan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di sekolahnya.
Kedua guru MI Muhammadiyah 1 Kota Probolinggo telah mengikuti kegiatan workshop peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Inggris.
Kegiatan workshop yang diikuti 48 peserta ini diselenggarakan oleh Cambridge University Press bertempat di IPH Internasional School Surabaya, Kamis (12/03/2020).
Salah satu peserta workshop Mukti Peni menyampaikan rasa syukurnya bisa mengikuti kegiatan workshop ini.
Narasumber dari Inggris
“Disamping karena memang kuotanya sangat terbatas, nara sumbernya juga langsung dari Inggris yaitu Senior Education Consultant at Cambridge University Press Simon Lind,” ungkapnya.
Mukti Peni menjelaskan MI Muhammadiyah (MIM) 1 Kota Probolinggo sudah tiga tahun berjalan bekerjasama dengan pihak Cambridge khusus bidang bahasa Inggris.
Menurut Mukti Peni, dengan kegiatan workshop disamping bisa saling tukar pengalaman dengan para peserta, juga mendapatkan banyak ilmu.
“Terutama tentang proses pembelajaran bahasa Inggris sesuai dengan kurikulum Cambridge dengan menggunakan pendekatan ini,” ujarnya.
Belajar Inggris dengan Pendekatan Inquiry
Dalam pendekatan inquiry, siswa bertindak sebagai subjek dalam belajar. Mereka memiliki hak untuk menemukan sendiri materi yang diajarkan dan masalah yang akan dijumpai sedang guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator.
“Tujuannya untuk mengembangkan kemampuan siswa agar dapat berpikir secara logis, kritis dan sistematis. Selain itu metode inquiry bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual yang dimiliki oleh siswa, sebagai bagian dari proses mental mereka,” paparnya.
Seluruh peserta langsung memeragakan model pembelajaran tersebut dan mengevaluasi secara langsung terhadap pembelajaran yang berfokus pada keterampilan berkomunikasi.
“Pada sesi ini suasana tidak lagi tenang. Suasana spontan berubah penuh dengan gelak tawa dan sorak sorai, tak ubahnya siswa-siswa SD yang sedang belajar. Namun demikian seluruh peserta tampak sangat antusias,” terangnya.
Pembelajaran dengan Permainan
Kemudian kegiatan workshop dilanjutkan dengan dua permainan. Pertama permainan Mathemagic. Dalam permainan ini seluruh peserta diminta bisa menemukan rahasianya.
“Disediakan tiga buah dadu, dipersilahkan salah satu peserta untuk maju menyusun dadu tersebut secara acak. Setelah selesai maka ditanyakan kepada seluruh peserta berapa jumlah titik-titik yang ada dibawah dadu. Tetapi seluruh peserta tidak ada yang bisa menjawab,” jelasnya.
Akhirnya dijawab oleh Simon Lind. Setelah dadunya dibuka ternyata benar. Peserta terheran-heran. Maka dibukalah rahasianya.
“Ternyata jumlah titik-titik dadu atas dan bawah berjumlah tujuh. Sehingga dengan melihat jumlah titik-titik dadu yang di atas saja sudah pasti bisa menebak jumlah titik-titik dadu yang di bawah,” imbuhnya.
Permainan yang kedua Running Dictation, artinya mendekte sambil berlari. “Cara mainnya peserta diminta secara berpasangan bergantian mencari kata yang telah disebarkan secara acak. Kemudian dibaca dan ditempel di dinding sehingga menjadi sebuah kalimat yang benar,” paparnya. (*)
Penulis Hanafi. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.