PWMU.CO– Jatam (Jamaah Tani Muhammadiyah) Lamongan mengadakan rembuk ketiga bertempat di Wisata Besur Agro Edukasi, Sabtu (14/3/2020).
Acara ini untuk mendukung kedaulatan pangan umat dari petani Muhammadiyah. Rembuk Jatam yang pertama diadakan di Solokuro dan kedua di Brondong.
Rembuk dihadiri seratus peserta dibuka oleh Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat PDM Lamongan H. Mat Iskan. Dalam sambutannya, dia mengatakan, Jatam bagaikan nyala korek api yang menyinari sekitarnya.
”Tentu tidak banyak yang mampu disinari, namun setidaknya ada upaya menyinari sejauh kemampuan yang ada. Menyinari kegelapan kondisi pertanian kita. Jatam melahirkan model pertanian lewat berjamaah dan bersinergi sehingga ada harapan yang terpancar untuk petani kita minimal buat warga Muhammadiyah,” kata Mat Iskan peraih PWI Award 2020 sebagai Petani Inspiratif ini.
Lahan Sempit
Rembuk yang dikemas diskusi panel semakin mendapat pencerahan dengan pemaparan kondisi pertanian Indonesia dari Dewan Pembina Jatam Lamongan Bidang Teknis H. Khamim Ashari.
“Tekanan kondisi pertanian di Indonesia sudah sangat menyedihkan, di antaranya dari sisi budaya, alam, ekonomi, dan sosial politik yang semuanya itu hampir tidak mendukung tumbuhnya sektor pertanian,” tuturnya.
Terlebih lagi mayoritas petani dengan kepemilikan lahan yang sempit sangat sulit bisa sejahtera jika dibanding dengan petani di Thailand atau Australia. ”Karena itu petani perlu membuat suatu wadah yang bisa mengangkat kesejahteraan petani melalui berjamaah,” terang perintis Wisata Besur Agro Edukasi ini.
Tidak hanya dibahas sisi teknis saja, rembuk Jatam ini juga membahas potensi bisnis yang bisa dijalankan. M. Rofiq, anggota Majelis Pemberdayaan Masyarakat PDM Lamongan berhasil membangkitkan semangat para peserta untuk membangun korporatisasi sebagai solusi ekonomi petani.
Ketua Jatam Lamongan M. Muchsin menjelaskan, segera membentuk lembaga yang berbadan hukum guna mengakomodasi kepentingan petani dari hulu hingga hilir.
Acara ini ditutup dengan pernyataan komitmen membangun bersama sebuah wadah berbadan hukum dan dilanjut makan bersama ikan panggang dengan sambal khas pantura yang dibawa oleh peserta dari Brondong dan sekitarnya. (*)
Penulis Eko Hijrahyanto Erkasi Editor Sugeng Purwanto