PWMU.CO – Sabar, wabah virus Corona menurut kaca mata agama merupakan musibah dari Allah untuk menguji keimanan manusia bagaimana menyikapinya.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan Drs Munthalib Sukandar dalam Pengajian Sabtu Pagi di Masjid Muhyiddin Babat, Sabtu (21/3/2020). Pengajian ini diadakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Babat Timur.
Dia mengutip firman Allah dalam al-Baqarah ayat 154, “Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sesuatu dari ketakutan, kelaparan, berkurangnya harta dan jiwa dan kekurangan buah-buahan, dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang sabar.”
”Dalam menghadapi musibah wabah Covid 19 ini, kita harus sabar dan kembali kepada petunjuk al-Quran dan sunnah yang sahih,” tambahnya.
Dia lalu menyinggung adanya ucapan yang sekarang lagi tersebar dalam medsos: kita hanya takut kepada Allah, tidak takut pada wabah virus Corona.
”Perkataan ini mengarah pada kelompok Jabariyah yang memiliki keyakinan setiap manusia itu terpaksa oleh takdir. Tak mempunyai pilihan ikhtiar dan usaha perbuatannya,” tuturnya.
Tapi, sambung dia, kita pun bukan kelompok Qodariyah yang menyatakan, apa yang terjadi pada diri manusia itu merupakan kehendak pribadi. ”Kita tidak termasuk dari kedua kelompok itu,” jelasnya.
Kemudian dia menerangkan tentang sebuah hadits panjang yang diriwayatksn Bukhari-Muslim. ”Pada saat Umar bin Khaththab pergi ke Syam, setelah sampai di kota Saragh pemimpin tentara Abu Ubaidah bin Jarrah menyambutnya dan mengabarkan di Syam sedang berjangkit wabah. Kemudian Umar bin Khaththab berunding dan hasilnya Umar bin Khathab memutuskan besok kita kembali. Apakah kita akan lari dari takdir Allah? Kenapa kamu tanya seperti itu Abu Ubaidah. Kita lari dari takdir Allah ke takdir Allah yang lainnya, jawab Umar bin Khaththab.
Dalil Lain soal Takdir
Kemudian Munthalib Sukandar, alumnus Pondok Modern Darrusalam Gontor Ponorogo, ini membacakan apa yang disampaikan Umar bin Khathab kepada Abu Ubaidah. ”Bagaimana pendapatmu kau punya seekor unta lalu turun ke lembah yang di situ punya dua sisi. Satu subur dan yang lain tandus. Bukankah kalau kau gembalakan di tanah yang tandus atau yang subur keduanya takdir juga,” tuturnya.
Dalil lain tentang menyikapi wabah juga terbaca dari riwayat yang datangnya dari Abdurrahman bin Auf saat Umar hendak memasuki negeri Syam yang terjangkit wabah. Munthalib menyampaikan, Abdurrahman bin Auf berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, jangan kamu datangi negeri itu, dan bila wabah itu berjangkit di negerimu, maka jangan keluar dari negeri itu, karena hendak melarikan diri.
”Mendengar kabar ini lalu Umar bin Khathab bersyukur dan balik pulang, tak jadi masuk negeri Syam,” jelas Munthalib Sukandar.
Sebelumnya Munthalib Sukandar menyoroti tentang social distancing harus ada batasannya sampai kapan berakhir. Sangat berbahaya jika dilakukan dalam waktu yang tidak terbatas. Secara psikologi sosial ini kalau terlalu lama akan membuat renggang hubungan sosial. (*)
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto