PWMU.CO – Ramalan Kelas Virtual Itu Kini Terbukti. ‘Ramalan’ itu terdapat dalam buku Rumah Pendidikan, yang berisi antalogi esai guru-guru SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik.
Buku berjudul Rumah Pendidikan ini, berisi tiga hal besar untuk merespon berbagai isu yang berkembang di dunia pendidikan saat ini. Yakni hijrah pendidikan, melejitkan literasi anak, dan berkreatif melalui inobel alias inovasi belajar.
Sangat kontekstual di tengah munculnya kebijakan-kebijakan yang mewanai dunia mendidikan. Baik yang digulirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim maupun Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadiyah.
Apalagi di tengah merebaknya wabah Covid-19, yang maua tidak mau memaksa dilakukannya migrasii kegiatan belajar mengajar (KBM) dari offline ke online; dari tatap muka ke daring (dalam jaringan). Mutlak dibutuhkan inovasi pembelajaran. Mari kreatif!
Buku setebal 210 halaman yang terbit Januari 2020 ini di-launching di hadapan Anggota Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB usai memberikan penguatan grand design visi dan misi pendidikan sekolah Muhammadiyah GKB ke depan yang digelar di Averoes Hall SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik, Jumat (20/3/2020).
Kepala Sekolah Hari Widianto MPd bersyukur atas terbitnya karya literasi guru Spemdalas ini. “Nantinya dapat menjadi bagian dari cyber creation sehingga Spemdalas terus dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan semakin berdaya saing,” ungkapnya.
Menurutnya guru hebat salah satunya dicirikan dengan karya literasinya. “Semoga Spemdalas go a head,” ucapnya.
Dukungan Tokoh Pendidikan
Beberapa tokoh pendidikan memberikan pernyataan endorsement (dukungan) dalam buku tersebut. Sebut saja Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dra Arbaiyah Yusuf MA.
“Pendidikan terus bergerak seiring dengan gerak kehidupan yang tanpa batas. Para pecinta pendidikan selalu memilih cara yang terbaik untuk menyumbangkan dedikasinya, demi keharmonisan kehidupan. Karya emas guru Spemdalas ini pasti akan memberi manfaat yang luar biasa bagi terbangunnya peradaban melalui dunia pendidikan,” tulisnya.
Sementara Guru Besar Universitas Brawijaya Malang Prof Dr Ir Qomariyatus Sholihah ST M Kes IPU ASEAN Eng menyampaikan Rumah Pendidikan merupakan wujud dari metode, gaya kreativitas, dan inovasi-inovasi dalam mendukung mencerdaskan anak bangsa yang dituangkan semua dalam tulisan.
“Buku adalah sumber kehidupan yang dengannya dapat menjelajah isi dunia dan kita dapat hanyut bersama keindahan dan kebahagiaan di dalamnya. Semoga menjadikan pahala dan tabungan akhirat kelak,” tulisnya.
‘Ramalan’ Kelas Virtual Terbukti
Dalam buku yang diterbitkan Kanzun Book itu guru-guru menuliskan ide-ide kreatifnya. Farikhah SPd, misalnya. Dia menulis Netizen Julid dan Pendidikan Karakter di Indonesia.
Guru Matematika Spemdalas ini menyoroti etika bermedsos. Menurutnya sering berbagai kebijakan pemerintah memperoleh ‘bom atom’ oleh netizen dengan jempol dan beragam komentar negatif.
Subjek pendidikan itu layaknya penggunaan media sosial kita. “Mereka dapat mengeluarkan apa saja yang terlintas di kepala mereka, tanpa memperhatikan etika,” tulisnya.
Maka tantangan dunia pendidikan berikutnya bagaimana kurikulum di Indonesia mampu memberikan edukasi etika bagi pengguna media sosial.
Ada pula yang menyoroti kontroversi game dalam pembelajaran di sekolah. Sementara Electronical Sport (E-Sport) sudah masuk dalam Asean Game 2018 dan 2022. “Cocokkah E-Sport masuk dalam kurikulum sekolah? tulis Evi Mauludina SPd.
Berbeda lagi dengan yang ditulis oleh Fitri Wulandari SS. Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia Univeritas Gajah Mada ini menyoroti bahwa gawai (HP) telah menjelma menjadi gaya hidup yang mampu menyihir generasi saat ini. Gawai dengan euforianya juga menjadikan proses pendidikan semakin mudah dan tidak terbatas.
“Studi pustaka tidak harus berada di antara tumpulan buku di perpustakaan. Konsep pendidikanpun bertransformasi. Bahkan sekolah pun tidak mensyaratkan adanya kelas berbangku lengkap dengan papan siswa dan gurunya,” terangnya dalam tulisan berjudul Membingkai Kedewasaan Berprilaku dalam Semangat Literasi Digital.
Maka, tulisnya, tidaklah dipungkiri—dan mulai dapat dirasakan oleh para pemangku kepentingan di dunia pendidikan saat ini termasuk guru—nantinya bakal semakin nyata keberadaan kelas virtual, guru virtual, dan siswa virtual.
Tulisan Fitri Wulandari yang dibuat sebelum pendemi Covid-19 itu seolah sebuah ‘ramalan’. Kini kelas virtual itu benar-benar nyata, di tengah wabah Corona. (*)
Penulis Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.