PWMU.CO – Cerita di balik terobosan rapat pleno telekonferensi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dengan PWM dan PWA se-Indonesia disampaikan Dr Abdul Mu’ti MEd.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah itu menjawab sejumlah pertanyaan daring (dalam jaringan) PWMU.CO, Senin (23/3/2020) siang.
Seperti diberitakan muhammadiyah.or.id, PP Muhammadiyah menggelar rapat pleno bersama Pimpinan Wilayah Muhamadiyah (PWM), Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA), dan organisasi otonom (ortom) melalui telekonferensi, Sabtu (21/3/2020).
Rapat pleno membahas penundaan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah yang sedianya akan digelar di Surakarta, 1-5 Juli 2020 dan diundur menjadi 24-27 Desember 2020.
Sebelumnya, dalam Rapat Pleno PP Muhammadiyah di Yogyakarta, Rabu (18/3/2020) diputuskan untuk menunda muktamar. Penundaan dilakukan karena wabah Corona (Covid-19) sedang melanda dunia termasuk Indonesia.
“Hasil rapat pleno ini akan dikomunikasikan dengan PW (Pimpinan Wilayah) Muhammadiyah dan Aisyiah sebelum ditetapkan dengan surat keputusan resmi,” kata Abdul Mu’ti saat itu.
Akhirnya diputuskan rapat pleno melalui telekonferensi—yang dipusatkan di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta. Telekonferensi dilakukan untuk menghindari keramaian dan tatap langsung demi mencegah penularan virus Corona.
Ikut bergabung di Yogyakarta Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Agung Danarto (Sekretaris), Busyro Muqoddas (Ketua), Agus Taufiqurrahman (Ketua). Ada pula Ketua Umum PP Aisyiyah Noordjanah Djohantini dan Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah Dyah Puspitarini.
Sementara dari Jakarta yang dipusatkan di FKK UMJ ada Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti, Ketua PP Aisyiah Masyitoh Chusnan, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto, dan perwakilan DPP IMM. Sementara Ketua PP Muhammadiyah Muhadjir Effendy bergabung dari rumah dinas Menko PMK di Jakarta.
Ikut bergabung juga dalam telekonferesi tersebut para Ketua PP Muhammadiyah yang ada di luar Yogyakarta dan Jakarta. Yaitu Hajriyanto Y Thohari (Beirut Lebanon), Dadang Kahmad (Bandung), Dahlan Rais (Surakarta). Juga Bendahara PP Muhammadiyah Marpuji Ali dan Rektor UMS di Surakarta.
“Secara resmi PWM dan PWA kita undang untuk rapat telekonferesi. Alhamdulillah semua PWM dan PWA se-Indonesia bisa bergabung. Sebagian di PTM (perguruan tinggi Muhammadiyah) dan sebagian lainnya di Kantor PWM masing-masing),” ungkap Abdul Mu’ti pada PWMU.CO.
Bukan Teleconference Pertama
Abdul Mu’ti menjelaskan, telekonferensi sudah sempat dilaksanakan pada rapat pleno pada Rabu (18/3/2020) di Kantor PP Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Surabaya. “Agenda membahas kajian ilmiah Virus Corona dengan dokter ahli virologi, epidemologi, dan respiratory (pernafasan),” ungkapnya.
Dari telekonferensi itu para ahli memperkirakan wabah dan dampak Corona teratasi akhir September. “Dan karenanya para ahli menyarankan muktamar ditunda,” kata Abdul Mu’ti.
Maka, berdasarkan pertimbangan medis (ilmiah), syariah, dan strategis (siyasah) Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Asyiyah dijadwalkan 24-27 Desember 2020.
Dia menjelaskan, pada 24-27 Desember 2020 itu hari libur. “Pada 24 Desember (Kamis) cuti bersama, 25 Desember (Natal), 26-27 Desember (libur Sabtu-Ahad),” ungkapnya.
Abdul M’ti menambahkan, sebagian besar peserta muktamar dan penggembira adalah pegawai negeri atau swasta sehingga pada saat pelaksanaan muktamar mereka tidak perlu izin dari kantor atau tempat kerja.
“Memang ada konsekuensi biaya transportasi dan akomodasi yang mahal. Tapi mungkin biaya bisa lebih ditekan dengan mengurangi hari pelaksanaan dari lima hari menjadi empat hari, dan alternatif kerja sama dengan pihak ketiga untuk transportasi,” ujarnya.
Pengunduran muktamar juga berimbas pada tempat digelarnya pembukaan muktamar. “Pembukaan di Edutorium UMS tidak di Stadion Manahan,” terangnya. Pertimbangannya: hemat biaya dan tenaga. “Serta memanfaatkan fasilitas sendiri. Daya tampung juga cukup besar, lebih dari 10.000,” kata dia.
Terobosan Baru Dakwah Muhammadiyah
Dalam rapat pleno telekonferensi yang berjalan lancar tanpa kendala itu, semua PWM, PWA, dan ortom setuju muktamar dilaksanakan 24-27 Desember. “Dengan permintaan agar PP Muhamamdiyah dan panitia melakukan usaha meringankan biaya transportasi,” terang Abdu Mu’ti.
Dia mengungkapkan, yang menarik dari telekonferensi itu beberapa PWM menyiapkan khusus dengan banner dan promosi produk. “Misalnya PWM Sulsel. Wajah-wajah ketua PWM agar tertutup air mineral yang ternyata produk PWM. Juga ada Universitas Muhammadiyah Pendidikan Muhammadiyah Sorong promosi produk hand sanitizer,” cerita dia.
Menanggapi rapat pleno dengan telekonferesi tersebut Haidar Nashir mengatakan, ini merupakan babak baru dari Pusat Digital Syiar Muhammadiyah (PSDM) PP Muhammadiyah Kantor Yogyakarta dan Kantor Jakarta.
“Kita melakukan fase baru memperkenalkan IT sebagai bagian dari dakwah Persyarikatan Muhammadiyah melalui media telekonferensi,” ujarnya.
Insyaallah, sambungnya, ke depan kita akan semakin adaptif dengan teknologi informasi sebagai bagian dari strategi dan langkah kita dakwah dan tajdid di era baru.
Inilah cerita di balik terobosan rapat pleno PP Muhamamdiyah. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.