PWMU.CO – Prof Zainuddin Maliki kritik KBM daring yang tidak memandirikan siswa. Padahal libur akibat pandemi Corona ini bisa jadi momentum yang tepat membuat siswa mandiri
Anggota Komisi X DPR RI menyampaikan itu dalam wawancara khusus dengan PWMU.CO, Senin (23/3/2020) malam. Ada tiga hal mendasar yang dia sampaikan berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) di rumah.
Relevansi Home Schooling
Pertama masalah konsep home schooling. “Ini adalah momentum yang baik untuk menerapkan beberapa kegiatan pembelajaran yang selama ini dipandang dengan sebelah mata, misalnya home schooling,” kata Prof Zainuddin Maliki.
Menurut dia home schooling selama ini dianggap mengurangi atau menurunkan wibawa sekolah. “Dengan pandemi Corona—yang mewajibkan belajar di rumah—maka konsep home schooling itu menjadi relevan,” ujarnya. Oleh karena itu, sambungnya, para pendidik sekarang harus menyelami konsep-konsep home schooling.
Kedua tentang belajar mandiri. Menurut Anggota DPR RI dari Dapil X Gresik-Lamongan ini, acapkali siswa dididik dengan pendekatan sebagai objek belajar. Maka pandemi Corona ini sebagai momentum menjadikan siswa mandiri.
“Konsep belajar mandiri itu dengan prinsip-prinsip pembelajaran konstruktivitas. Belajar di mana siswa itu menjadikan dirinya sebagai subjek—yang inisiatif dan tanggung jawab. Tanpa disuruh. Tanpa diawasi. Tanpa intervensi atau didampingi oleh orang lain atau guru,” paparnya.
Maka dari itu, lanjutnya, kesempatan harus belajar di rumah karena pandemi Corona ini merupakan momentum yang baik bagi siswa untuk menanamkan prinsip-prinsip belajar konstruktif ini.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya periode 2003-2007 dan 2007-2011 itu menegaskan, selama ini yang dia lihat, guru-guru hanya terfokus KBM pada daring (dalam jaringan). “Memang dengan daring bermanfaat. Namun dengan daring ini masih menggunakan konsep belajar berdasarkan pengawasan dan kontrol dari guru,” kritiknya.
Bedanya, jika di sekolah guru bisa mengontrol secara langsung. “Kalau sekarang (saat belajar di rumah) kontrol dengan daring,” ujarnya.
Dia berharap konsep belajar mandiri ini benar-benar bisa diterapkan. “Karena kalau diterapkan insyaallah hikmahnya besar. Siswa akan punya kesadaran belajar tanpa ada dorongan dari siapa pun tapi dengan kesadaran diri sendiri,” tambahnya.
Instrumen Belajar Mandiri di Rumah
Untuk memandirikan siswa, Prof Zainuddin Maliki mengusulkan belajar dengan konsep project based learning (belajar berbasis proyek) dan problem based laearning (belajar berbasis masalah). “Nah guru mendesain problem apa yang harus dicari oleh siswa dan bagaimana problem itu dicari solusinya,” pesannya. Menurut dia, konsep belajar daring sekarang ini, siswa disuruh mengerjakan tumpukan soal dari guru.
“Contoh problem base learning itu kalau biologi mengamati tumbuhan dan hewan-hewan tertentu, yang memungkinkan dia dapat beraktivitas di rumah tetapi dapat belajar dengan pendekatan project based atau problem based tadi,” terangnya.
Dia berharap, orangtua di rumah membantu menciptakan situasi kondusif untuk anak-anak belajar berdasarkan problem based dan project based.
“Project itu misalnya membuat apa gitu, Kalau jurusan ekonomi project-nya membuat rancangan business plan. Kalau jurusan kimia membuat produk sanitizer. Itukan project-project tertentu. Oleh karena itu tugas guru ya merancang project-project itu. Merancang problem based itu. Jangan daring dalam arti guru dan murid berkomunikasi sepanjang waktu,” urainya.
Selesai satu tahapan pembelajaran berdasarkan problem dan atau project based tersebut siswa diminta untuk menyerahkan portofolio atau apa saja yang berhasil dilaksanakan. “Dari portofolio itu guru bisa memantau progress pembelajaran siswa di rumah,” ujarnya.
Belajar Mandiri Siswa SD
Bagaimana menerapkan project base learning dan problem base learning bagi siswa sekolah dasar?
Menurut Prof Zainuddin Maliki hal itu harus disesuaikan. “Kalua SD ya bermain yang positif dan punya makna. Mainan-mainan yang punya manfaat. Seperti belajar disiplin, belajar mengolah waktu, belajar pola hidup bersih dan lainnya yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa anak,” terang dia.
Dia menambahkan, “Dibuat project tapi problemnya itu disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak. Perkembangan jiwa anak ya bermain. Maka disesuaikan saja.”
Dia mengkritik sistem belajar yang guru-guru sepenuhnya harus berada di samping siswa. “Nah sekarang harus dipisah secara fisik tetapi guru harus bisa mendesain pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Jika Libur Corona Lama?
Prof Zainuddin Maliki mengatakan, jika libur akibat pandemi Corona ini berlangsung lama, maka konsep home schooling harus diperkuat. “Ini guru-guru harus mendesain home schooling dengan detail, project based dan problem based-nya harus dirumuskan dengan baik,” tuturnya.
Menurut dia, problem based atau project based itu kebijakan guru. “Kalau pemerintah ya kebijakannya meliburkan sekolah. Kalua guru ya tugasnya mendesain pembelajarannya itu. Daring yang bermanfaat untuk mengkomunikasikan problem based dan project based-nya itu,” terangnya.
Penasihat Dewan Pendidikan Jawa Timur tahun 2016-2021 ini mengakui bahwa persiapan belajar di rumah ini mendadak. “Dan kelihatan tidak siap sekali, sehingga siswa-siswa menganggap ini adalah liburan dan guru-guru kehilangan ide untuk mengontrol pembelajaran siswa didiknya,” ujarnya.
Karena itu banyak yang hanya memberi beban soal atau memakai telekonferensi atau streaming. “Wong belajar di dalam kelas saja gak efektif malah streaming. Streaming boleh tapi untuk mengontrol hasil project-nya Itu kan progress-nya harus diketahui. Nah itu boleh pakai daring atau streaming,” ujar Prof Zainuddin Maliki kritik KBM Daring.
Menurut Prof Zainuddn Mailiki, home schooling, kemandirian, project based, dan problem based itu yang selama ini tidak efektif diterapkan. Karena guru hanya menganggap pembelajaran terbaik adalah lewat tatap muka. “Maka momentum inilah yang tepat untuk menumbuhkan hal-hal tadi,” tuturnya. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.