Corona Faktor Alam Krisis Ekonomi 2020 ini ditulis Prima Mari Kristanto seorang akuntan. Dia membandingkan faktor kriris tahun 1998, 2008, dan 2020.
PWMU.CO – Historia viate magistra. Sejarah adalah guru kehidupan. Demikian Cicero, seorang filsuf Yunani Kuno mengingatkan agar manusia tidak mudah melupakan sejarah.
Suka atau tidak suka saat ini Indonesia dihadapkan pada krisis ekonomi seperti tahun 1998 dan 2008. Dalam kurun waktu kurang lebih setiap sepuluh tahun, perekonomian seperti ‘mencari’ keseimbangan.
Prof Dr Boediono, Wakil Presiden RI periode 2009-2014 menyampaikan, ada tiga faktor yang dapat memengaruhi ekonomi suatu bangsa dan dunia. Yaitu perubahan harga ekspor-impor, pembalikan arus modal, dan gangguan alam.
Selain mantan wakil presiden, Boediono juga mantan Gubernur Bank Indonesia, menteri pada Kabinet Reformasi Pembangunan era Presiden Habibie, dan menteri Kabinet Gotong-Royong Presiden Megawati.
Dengan pengalaman birokrasinya dia telah mengawal pemulihan ekonomi Indonesia dari krisis 1998 dan 2008. Krisis 1998 sudah banyak dipahami masyarakat Indonesia, adapun krisis 2008 tidak begitu “berasa” kecuali yang berkecimpung di pasar uang.
Pusat krisis 2008 terjadi di Amerika Serikat saat terjadi skandal kredit macet perumahan atau suprime mortgage bernilai raksasa. Guncangan pasar uang Amerika sebagai pusat keuangan dunia membawa dampak penarikan dana warga dan perusahaan Amerika dari seluruh dunia termasuk dari Indonesia.
Kejadian ini sebagai bentuk krisis akibat pembalikan arus modal. Dengan kepiawaian pemerintah saat itu, duet Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama Gubernur Bank Indonesia, mampu meredam gejolak krisis moneter berimbas ke sektor ekonomi riil.
Kondisi yang jauh berbeda terjadi pada krisis moneter 1997 yang merembet menjadi krisis ekonomi 1998, bahkan menjalar pada krisis sosial dan politik.
Krisis 1997/1998 ditengarai akibat ketidaksiapan pemerintah mengantisipasi kepanikan masyarakat menghadapi situasi gangguan ekonomi yang relatif ‘baru’, setelah sekian lama berada dalam zona nyaman stabilitas ekonomi dan politik Orde Baru.
Krisis Ekonomi 2020
Situasi terkini ekonomi Indonesia bulan Maret 2020 ini ditandai nilai tukar mata uang Rupiah mencapai Rp 16 ribuan per dollar Amerika—situasi yang mirip dengan tahun 1997/1998.
Faktor pembalikan arus modal terjadi akibat faktor alam yaitu berjangkitnya pendemi Covid-19 di Cina sejak Desember 2019. Sebelum tahun 2020, hakikatnya sudah ada gangguan berupa perubahan harga ekspor-impor sejak tahun 2018 akibat perang dagang Amerika-Cina.
Para pelaku pasar keuangan sejak tahun 2008 sudah merasakan ada ‘sesuatu’ dengan ekonomi Indonesia dan dunia.
Era globalisasi menandai era ekonomi yang penuh gejolak, datangnya bisa tanpa jadwal. Ibrah dari krisis 1997/1998 dan 2008 sejatinya menjadikan Indonesia lebih siap di tahun ini dan tahun-tahun mendatang.
Masih menurut Boediono, yang terpenting dalam menghadapi krisis yang datang tiba-tiba di era globalisasi adalah memperkuat tiga lini pertahanan.
Meminjam istilah dalam formasi sepakbola, ketiga lini tersebut yaitu back kanan, libero atau center back, dan back kiri. Tiga lini pertahanan harus mahir dalam menjaga struktur ekonomi yang seimbang, prinsip kehati-hatian dan protokol kebijakan cepat-tepat mengatasi krisis yang terjadi.
Tiga faktor penyebab krisis perubahan harga ekspor-impor, pembalikan arus modal dan bencana alam pendemi Covid-19 sedang menyerang bersama-sama ibarat serangan formasi total football khas tim oranye Belanda. Hanya strategi catenacio gembok grendel khas Italia yang relatif mampu meredam total football khas Belanda.
Tinggal bagaimana trio lini pertahanan mampu bekerja sama mengamankan gawang dari serbuan trisula serangan sekaligus.
Pergantian pemain atau pergantian pelatih dalam sebuah tim sebagai sesuatu yang wajar bagian dari strategi terbaik demi kemenangan tim, keselamatan dan kemaslahatan rakyat, bangsa dan negara.
Semoga bangsa Indonesia mampu menghadapi krisis ini dengan formasi terbaik dan cara baik-baik seperti tahun 2008/2009. Tanpa merembet menjadi krisis multidimensi seperti tahun 1998 ketika masyarakat dan pemangku kebijakan sama-sama panik.
Semoga Corona faktor alam tak memperpanang krisisi.
Hasbunallah wani’mal waqiil. Wallahu alam bi ashshawab.
Editor Mohammad Nurfatoni.