PWMU.CO-Wabah serang muhajirin di Madinah pernah terjadi dalam sejarah Islam. Di satu kurun perjalanan hijrah berlangsung para muhajirin terjangkit wabah saat memasuki Kota Yatsrib.
Wabah serang muhajirin di Madinah ini makin membuat derita kaum muslimin. Kondisi fisik lelah, kehausan dan kelaparan saat menempuh perjalanan sejauh sekitar 453 km itu sangat rentan terserang penyakit.
Menurut buku Kisah Dramatik Hijrah yang mendasarkan keterangannya dari buku Sirah Ibnu Ishak dan Sirah Ibnu Hisyam menceritakan, ancaman penyakit juga datang silih berganti di masa hijrah ke Madinah karena tubuh yang kepayahan dari perjalanan jauh.
Madinah saat peristiwa hijrah berlangsung sedang terjadi wabah demam. Maka tak ayal lagi sebagian muhajirin ada yang terserang demam. Para sahabat yang terserang wabah itu di antaranya Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal bin Rabah.
Mereka ini lantas dikarantina. Tinggal dalam satu rumah waktu tiba di desa Bani Amr bin Auf. Suhu tubuh ketiga sahabat Nabi ini tinggi. Sampai-sampai kesadarannya tidak stabil dan suka mengigau.
Aisyah binti Abu Bakar saat sampai di Madinah menyempatkan besuk ke ayahnya. Sewaktu bertemu, istri Nabi ini menanyakan, kondisi kesehatan ayahnya. Tapi Aisyah heran dengan jawaban ayahnya yang terasa agak melantur.
”Semua manusia tampak berseri di keluarganya. Padahal kematian lebih dekat padanya dibandingkan dekatnya sandal dengan dirinya,” ujar Abu Bakar menjawab pertanyaan anaknya, Aisyah.
Aisyah pun khawatir melihat kondisi ayahnya yang demam tinggi itu. ”Demi Allah, ayah tidak memahami apa yang dikatakannya itu,” ujar Aisyah.
Putri Abu Bakar itu juga menanyai keadaan Amir bin Fuhairah, bekas budaknya, yang juga ikut hijrah. Amir pun menjawab dengan igauan. Kalimat yang keluar tidak dipahami oleh Aisyah.
Kondisi Bilal bin Rabah juga menyedihkan. Kalau demamnya menyerang, panas tubuhnya tinggi, tiba-tiba dia bangkit dari tidur lalu keluar rumah. Lantas dia berbaring di halaman sambil mulutnya berkata-kata atau melantunkan syair.
Doa Rasulullah Mengusir Wabah
Ketika Aisyah bertemu dengan Rasulullah diceritakanlah keadaan tiga orang ini. ”Mereka bertiga bicaranya kacau dan tidak sadar karena panas tubuhnya tinggi,” katanya.
Mendengar laporan Aisyah itu, Rasulullah langsung berdoa, ”Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana engkau membuat kami mencintai Madinah atau kuatkan kecintaan kami kepada Madinah. Berilah kami keberkahan mud di Madinah dan sha’ di Madinah. Pindahkan wabah Madinah ke Muha’ah.”
Di lain hari para sahabat Nabi yang terserang demam ini mengerjakan shalat sambil duduk. Pada saat itu Rasulullah datang berkunjung maka Rasulullah pun berkata, ”Ketahuilah bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya separo shalat orang berdiri.”
Mendengar seruan Nabi itu para sahabat pun bangkit berdiri melanjutkan shalatnya meskipun dengan payah karena tubuh yang sakit dan lemah.
Setelah beberapa hari kemudian wabah demam itu berangsur berkurang. Aktivitas masyarakat normal kembali. Muhajirin mulai berkegiatan di kota harapan ini. Kabar wabah tak menyurutkan kaum Muslim Mekkah berdatangan. Gelombang hijrah terus berlangsung meskipun banyak hadangan dari warga Quraisy. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto