Disinfektan Berbeda dengan Antiseptik ditulis oleh dr Tjatur Priambodo MKes, Direktur Rumah Sakit Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan Sidoarjo.
PWMU.CO – Meski keduanya sama-sama dipakai untuk pencegahan penyebaran virus, termasuk Virus Corona, tapu beda anatara disinfektan dan antiseptik.
Karena itu, Anda perlu mengenal lebih dalam perbedaan disinfektan dan antiseptik, agar tidak salah menggunakannya.
Disinfektan Berbeda dengan Antiseptik
Banyak orang yang masih menggunakan istilah disinfektan dan antiseptik secara bergantian. Padahal, keduanya memiliki fungsi yang berbeda.
Disinfektan digunakan di permukaan benda. Seperti meja, gagang pintu, dan lain-lain. Antiseptik adalah bahan pembunuh bakteri dan virus yang digunakan pada luar tubuh.
Baik disinfektan maupun antiseptik mengandung bahan yang bernama biosida. Yaitu bahan aktif yang digunakan untuk membunuh bakteri dan virus. Namun biasanya, kandungan biosida yang ada di dalam disinfektan lebih banyak dibandingkan dengan yang ada di dalam antiseptik.
Kegunaan Disinfektan dan Antiseptik
Disinfektan, digunakan untuk:
- Membersihkan permukaan lantai, meja, dan permukaan lain yang sering disentuh.
- Membersihkan kain atau pakaian yang terpapar bakteri dan virus.
- Mensterilkan peralatan medis yang bisa digunakan berulang kali.
Antiseptik digunakan untuk:
- Mencuci tangan.
- Membersihkan permukaan kulit sebelum operasi.
- Membersihkan permukaan kulit yang terluka.
- Mengobati infeksi kulit.
- Mengobati infeksi di rongga mulut.
Jenis-Jenis Disinfektan
Berikut ini bahan yang biasa digunakan sebagai disinfektan beserta kegunaannya:
- Glutaraldehyde 2 persen. Bahan ini biasanya digunakan sebagai disinfektan alat-alat operasi yang tidak bisa disterilkan menggunakan suhu panas.
- Chloroxylenol 5 persen. Dipakai untuk membersihkan alat-alat medis, dengan cara direndam dengan campuran alkohol 70 persen.
- Chlorin. Adalah bahan yang sering kita sebut sebagai kaporit. Selain bisa membersihkan air di kolam renang, bahan ini juga digunakan sebagai bahan disinfektan untuk permukaan barang-barang.
Jenis-Jenis Antiseptik
Ada beberapa jenis antiseptik yang biasa digunakan sehari-hari. Masing-masing dikemas menjadi jenis yang berbeda:
- Chlorexidine, biasanya digunakan untuk antiseptik pembersih luka terbuka.
- Antibacterial Dye, yang sering digunakan untuk merawat luka jatuh dan luka bakar.
- Peroxide dan Permanganate. Yaitu bahan yang umumnya digunakan dalam obat kumur yang mengandung antiseptik dan pada luka terbuka.
- Turunan Halogenated Phenol, yang umumnya digunakan dalam sabun bagi rumah sakit dan prosedur medis, serta cairan pembersih.
- Povidine Iodine. Sebagai bahan yang biasanya digunakan sebagai antiseptik untuk membersihkan luka yang terkontaminasi, area tubuh yang akan dioperasi, hingga membersihkan area kulit yang masih sehat.
- Alkohol dengan konsentrasi 60-70 persen lebih efektif sebagai antiseptik jika dibandingkan dengan yang memiliki konsentrasi 90-95 persen.
Efek Samping Disinfektan dan Antiseptik
Beberapa jenis disinfektan dan antseptik yang konsentrasinya kuat, dapat menimbulkan luka bakar di kulit, jika tidak dilarutkan dengan air ataupun cairan lainnya terlebih dahulu.
Bahkan, bahan yang sudah dilarutkan pun masih berisiko menimbulkan iritasi apabila dibiarkan menempel di kulit terlalu lama.
Iritasi akibat bahan disinfektan dan antiseptik disebut sebagai dermatitis kontak.
Efek samping yang lain: mual, sakit kepala, sumbatan jalan napas, asma, rinitis, iritasi mata, dermatitis, dan diskolorasi kulit (perubahan warna kulit).
Disinfektan dan Antiseptik Cegah Corona
Baik disinfektan maupunaniseptik berperan penting dalam upaya pencegahan penyebaran infeksi Covid-19. Karena itu selalu sediakan antiseptik di tas ataupun di rumah, agar bisa segera membersihkan tangan setelah menyentuh sesuatu.
Cairan disinfektan ramai digunakan demi menekan jumlah mikroorganisme di tengah pandemi Virus Corona. Penggunaan disinfektan jadi marak disemprotkan di jalan hingga pembuatan bilik atau chamber.
Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia memperingatkan publik untuk tak menyemprotkan atau memakai disinfektan langsung ke tubuh manusia. Sebab beberapa kandungan dalam larutan disinfektan justru menyimpan risiko kesehatan.
Menyemprot bahan kimia seperti itu dapat membahayakan jika terkena pakaian atau selaput lendir, contohnya mata dan mulut.
Bahan kimia yang dimaksud adalah alkohol atau klorin yang umumnya terdapat dalam kandungan bahan cairan disinfektan.
Menyemprotkan disinfektan ke tubuh manusia, menurut keterangan WHO, sebetulnya juga tidak bisa membunuh virus yang sudah masuk ke dalam tubuh.
Alkohol dan klorin hanya bisa digunakan sebagai disinfektan virus dan bakteri pada permukaan benda. Dan ini pun, harus dimanfaatkan sesuai dengan petunjuk penggunaan yang tertera. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.