PWMU.CO – Cara mencari dan memilih ide kreatif menulis disampaikan oleh Founder Institut Talenta Pena (ITP) Hitta Alfi Muhimmah MPd, Ahad (19/4/20).
Dalam kelas menulis buku secara daring (dalam jaringan) tersebut, ia menyampaikan, menulis itu bukan karena siapa kita, dari mana asal kita, dan apa yang kita punya. Namun, kata dia, menulis adalah bagaimana cara kita mencairkan tinta hati yang telah membeku.
Mengutip tulisan Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis best seller, Hitta menyampaikan, orang boleh pandai setinggi langit. Tapi selama tidak menulis, lanjutnya, maka ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
“Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Karena akan ada kesakitan yang sembuh ketika kita menulis, maka tulislah apa yang bisa ditulis,” ungkapnya.
Kepada para peserta kelas menulis ke-2 yang mayoritas kaum hawa, ia mengatakan melalui menulis, perempuan akan sehat secara mental.
“Melalui menulis, perempuan akan cerdas mentalnya, akan matang secara sosial, dan akan merdeka secara financial,” papar ibu rumah tangga yang sedang menyelesaikan program doktor di Unesa tersebut.
Cara Menemukan Ide
Untuk memulai menulis, sambungnya, seseorang harus mempunyai ide. ‘’Ide bisa datang dari mana saja. Seperti semua perasaan dan kondisi di sekitar kita, baik itu senang, sedih, galau, atau tidak menentu, bisa kita jadikan ide,’’ ungkap perempuan kelahiran Sidayu Gresik, 30 Desember 1990 ini.
Menurutnya, ide bisa didapatkan dari faktor internal dan eksternal. Ide dari faktor internal, kata dia, bisa kita dapat dari membaca, catatan perjalanan, mendengarkan musik, atau menonton film. “Sementara ide dari faktor eksternal bisa dari diskusi dengan teman, silaturrahmi, situasi politik, dan issue yang terjadi,’’ tuturnya.
Ibu tiga anak itu juga menjelaskan, ide bisa dari hobi, pengalaman atau keahlian yang dimiliki seseorang. Contohnya hobi memasak, travelling, percintaan (kisah gagal atau sukses selama membangun rumah tangga). Juga perjalanan spiritual, tips diet yang telah dijalani sukses, suka dengan jenis minuman tertentu yang unik tiap daerah, dan keseharian ketika mengasuh anak. “Tingkah lucu yang selalu direkam bisa dijadikan tulisan atau buku,” ujarnya.
Bagi Hitta, hal yang bisa dijadikan ide menulis adalah apa saja yang disukai, dikuasai, bermanfaat, dan menginspirasi. ‘’Menulis juga harus sesuai dengan kebutuhan pembaca. Buatlah tulisan yang mudah dipahami dan dipraktikkan agar tujuan penulisan buku tercapai,” tuturnya.
Namun yang perlu diperhatikan, tambahnya, ketika mencari ide tidak boleh sembarangan menentukannya. “Jangan mengandung unsur mengejek, menfitnah, mengadu domba, dan berbau sara,’’ tegas istri dosen Unesa, Supriyanto MPd itu.
Ia berharap para peserta dapat mencatat ide di mana pun berada. Kapasitas otak kita terbatas, maka Hitta berpesan untuk tidak membiarkan ide lewat begitu saja. “Anda bisa membawa catatan khusus ide. Bisa juga rekam jejak ide anda, bisa di voice reader atau handphone,” ujarnya.
Cara Memilih Ide
Menurut Hitta, semua ide itu bagus, tetapi tidak semua ide akan ditulis. Ia memberi tips cara memilih ide.
Pertama, pilih yang paling realistis. “Anda tidak perlu menulis sesuatu yang sulit. Tulislah apa yang mudah dan ingin anda tulis. Misalnya, pengalaman anda sehari-hari,’’ ujarnya.
Kedua, sumbernya harus tersedia. Jika anda ingin menulis sebuah ide namun kesulitan mencari datanya, ia menyarankan sebaiknya urungkan untuk menulisnya sementara waktu.
Ketiga, pilih yang paling mungkin bisa dikerjakan. “Ibaratnya tanpa referensi dari manapun bisa lancar menulisnya,” kata dia.
Keempat, pilih yang paling sesuai dengan latar belakang kita masing-masing. Ia mencontohkan, jika sebuah buku kesehatan ditulis oleh orang yang berkompeten dalam bidang kesehatan, maka akan semakin menarik.
Kelima, pilih yang paling diminati. ‘’Menulislah jika anda berminat menuliskannya. Jangan coba-coba menulis karena ikut-ikutan teman,’’ tuturnya.
Keenam, sesuai dengan kondisi saat ini. Jika buku anda ingin cepat terbit, ia menyarankan untuk menulis topik yang dicari masyarakat saat ini, namun sesuai dengan kemampuan.
Saat hendak menulis, tambahnya, ada dua unsur yang harus diperhatikan, yaitu fiksi dan non fiksi. “Jika tulisan tersebut fiksi maka akan mengedepankan imajinasi, khayalan, atau cerita rekaan. Contoh novel, cerpen,” jelas Hitta.
Sementara non-fiksi, lanjutnya, yaitu tulisan yang mengembangkan fakta dan data yang otentik, bisa dipertanggung jawabkan secara keilmuan dan personal. “Tidak boleh berimajinasi sesuka hati. Contoh, buku kesehatan, buku agama, atau buku travelling,” tegasnya.
Di akhir paparannya, putri pasangan Turhan Husnan dan Innik Hikmatin itu memberikan tugas kepada peserta untuk membuat ide dan kerangka tulisan fiksi dengan tema ‘Baiti Jannati’ (Rumahku Surgaku). Kerangka tersebut akan dikembangkan menjadi naskah buku Antologi ITP ke-2, write from home (menulis dari rumah) dan harus dikumpulkan pada sesi kedua, Ahad, 26 April 2020.
Tulisan Cara Mencari dan Memilih Ide Menulis ini semoga menginspirasi. (*)
Penulis Musyrifah. Co-Editor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.