Kartini di Era Covid-19 ditulis oleh Dr Hidayatullah MSi, Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
PWMU.CO – Raden Ajeng Kartini lahir pada tangga 21 April 1879. Sosok perempuan asal Jepara Jawa Tengah ini memang memiliki pengaruh yang sangat besar bagi perjuangan kaum wanita di Indonesia.
Sebelumnya sudah ada Cut Nyak Dien, lahir 1848, yang pada saat itu RA Kartini masih bayi. Sebelum RA Kartini lahir, pada tahun 1972 lahir Siti Walidah, yang kemudian dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan.
Biasanya setiap tanggal 21 April kita melakukan peringatan Hari Kartini, terutama bagi para perempuan Indonesia dalam berbagai bentuk dan cara.
Di masing-masing daerah melakukan peringatan yang berbeda-beda. Mereka memakai pakaian adat, mengadakan karnaval, dan berbagai kegiatan lomba dengan tema semangat perjuangan Kartini.
Kini peringatan seperti itu tampak sepi. Bahkan tidak kita temukan, karena saat ini kita semua sedang berada pada masa keprihatinan yang sangat dalam menghadapi wabah Covid-19.
Kartini Berjuang untuk Covid-19
Kalau dulu, RA Kartini dan Nya Walidah berjuang untuk mengangkat derajat kaum wanita, maka kini kaum wanita itu telah tercerahkan dan bangkit bersama-sama elemen masyarakat yang lain untuk membantu meringankan beban masyarakat yang terdampak dari Covid-19 ini.
Muhammadiyah dan Aisyiyah berserta organisasi otonom (ortom) yang lain sejak bulan Maret hingga sekarang ini dan beberapa bulan ke depan akan berjuang untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan.
Perjuangan itu melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCC) di berbagai tingkatan, mulai pusat hingga cabang dan ranting.
Dalam koordinasi MCCC ini semua potensi majelis, lembaga, ortom, dan amal usaha Muhammadiyah (AUM) digerakkan untuk bersinergi dalam memberikan bantuan dan pertolongan kepada masyarakat yang membutuhkan. Mulai dari layanan kehidupan keagamaan, kesehatan, pendidikan, sosial ekonomi, dan layanan lainnya.
Dari berbagai perhitungan secara matematis, wabah Covid-19 ini masih akan berlangsung beberapa bulan ke depan dan bahkan dampaknya diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2020.
Keadaan ini tentu sangat berat dirasakan oleh berbagai AUM dan masyarakat kita. Saat ini pemasukan di berbagai AUM kesehatan, pendidikan, dan ekonomi sudah mulai dirasakan penurunannya dan diperkirakan beberapa bulan ke depan diperkirakan bertambah berat.
Oleh karena itu di masing-masing AUM kita perlu melakukan antisipasi secara matang tentang berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Muhammadiyah dan Aisyiyah dengan MCCC-nya akan terus melakukan koordinasi gerakan ta’awun untuk AUM dan masyarakat yang lemah.
Di atas semuanya itu kita selalu berdoa, memohon kepada Allah SWT untuk diberikan perlindungan dan keselamatan serta segera melepaskan Covid-19 ini dari kehidupan kita di Indonesia dan kemanusiaan di dunia. Amin.
Kartini di era Covid-19 mengaktualisasikan sejarah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.