Sekilas Benar Tapi Munkar artikel opini tulisan Nurbani Yusuf pengasuh pengajian Komunitas Padhang Makhsyar.
PWMU.CO-Jika antum berpikir bahwa masjid adalah tempat teraman dari aneka penyakit dan virus, maka ambil satu saja penderita suspect Covid-19 di rumah sakit atau yang sedang menjalani isolasi di rumah bawa dan ajak shalat jamaah ke masjid agar disembuhkan.
Hari ini banyak berseliweran dalil dari pikiran orang tentang memakmurkan masjid atau menutup masjid di saat wabah Corona. Segala dalil dan logika diungkapkan untuk membenarkan tindakannya.
Seperti logika yang disampaikan sebagian orang, masjid adalah rumah Allah, tempat teraman dari virus Corona karena sebelum masuk berwudhu dulu. Logika ini bisa diuji dengan tantangan di atas masukkan satu penderita Covid-19 untuk disembuhkan sehingga tak perlu rumah sakit.
Logika yang dibangun untuk memakmurkan masjid di masa wabah itu sekilas benar tapi munkar. Kelihatannya membangun tapi merusak. Kelihatannya memakmurkan masjid. Taat tapi egois tak peduli pada sesama dan justru membahayakan keselamatan jamaah lainya.
Seorang yang jelas merasa sakit, menderita penyakit menular tapi sengaja ke masjid maka dia telah dhalim. Karena membahayakan jiwa jamaah lainya. Logika hanya takut pada Allah tidak takut dengan virus Corona tidaklah tepat dipakai untuk tindakan nekat seperti itu.
Allah berfirman, Bila dikatakan kepada mereka, janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab, sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (Al-Baqarah: 11-12)
Serahkan kepada Ahlinya
Sejak kapan seorang ustadz, kiai, atau marbot masjid menjadi ahli kesehatan spesialis Corona? Kemudian berhak menentukan seseorang jamaah masjid sehat atau tidak. Bukankah segala sesuatu yang diserahkan kepada yang bukan ahlinya pasti rusak binasa?
Bukan merendahkan keulamaan tapi ilmu kesehatan sudah pasti bukan bidang ahlinya. Kecuali ada tambahan profesi sebagai tabib atau dukun.
Dalam konteks lain, kita memang hanya takut kepada Allah tapi saat berkendara di jalan mematuhi lampu bangjo bukan berarti kita telah syirik. Aturan lalu lintas adalah mengatur ketertiban kendaraan dan orang berperilaku di jalan sebagai fasilitas bersama. Jangan ada orang merasa paling kuasa di jalan karena itu mengganggu hak lainnya.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Saad Ibrahim mengatakan, menyamakan keramaian pasar dengan memakmurkan masjid adalah qiyas munkarat.
Apa karena pasar tetap ramai lantas antum ikutan berdalih kenapa masjid gak boleh ramai? Apa karena ada orang lain berbuat batil lantas antum ikutan batil? Tidak ditutupnya pasar atau mall dipakai sebagai alasan untuk tetap membuka masjid adalah qiyas munkar.
Kenapa tidak berikhtiar agar masjid menjadi uswah, teladan bagi masyarakat banyak. Mestinya jamaah masjid menjadi pelopor amal saleh. Pelopor kebajikan di saat terjadi musibah, bukan sebaliknya. Disayangkan jika malah ada yang menjadi pelopor pembangkangan dan pengingkaran terhadap fatwa dan anjuran pemerintah dengan berbagai dalih.
Apa kata orang pasar ketika orang masjid mengingkari fatwa ulamanya? Masjid saja buka apalagi pasar. Orang-orang baik di masjid saja membangkang pada ulamanya apalagi orang pasar?
Jangan sok Pintar
Ketua Majelis Tablig PP Muhammadiyah Fatkhurahman Kamal menyatakan, qaulu haqqin aridha bil baathil. Perkataan seolah-olah benar tapi mengajak pada kebatilan.
Banyak orang sok tahu, sok pintar bahkan sok dekat dengan Tuhan, hilang adab, tuna akhlak kemudian melawan fatwa para ulama kredibel dari berbagai disiplin ilmu. Anjuran pemerintah dilawan, fatwa ulama dibantah. Ini orang macam apa?
Taat terhadap fatwa ulama bukan taklid, tapi kepatuhan sesuai peran yang dia sandang. Bukankah tidak semua orang memenuhi syarat memberi fatwa. Pun dengan patuh terhadap anjuran pemerintah, bukan soal oposisi politik karena beda pilihan, tapi ini soal bela negara. Menjaga keselamatan jiwa orang banyak, itu jihad.
Pandemi ini akan cepat berakhir jika semua patuh dalam satu komando, tetapi akan menjadi sangat lama dan awet jika masing-masing bergerak sesuai kepentingannya dan nafsu. (*)
Editor Sugeng Purwanto