PWMU.CO – Menjadi perempuan muda lebih berat dari pada menjadi lelaki muda. Perempuan muda dituntut berprestasi dengan tanggung jawab yang lebih: sebagai istri, juga ibu muda. Meskipun demikian, para pimpinan Nasyiyatul Aisyiyah (NA), sebagai organisasi otonom perempuan muda Muhammadiyah, tidak boleh mengeluh, karena pimpinan itu diciptakan untuk mengurai dan memecahkan masalah.
Demikian Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Agung Danarto MAg, saat membuka Sidang Tanwir III Nasyiatul Aisyiyah (NA) di Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Kamis (25/8). Sebelumnya, dalam acara Pra-Tanwir dilakukan ramah tamah dengan para tokoh seperti Prof Amien Rais dan Rahmawati Husein.
(Baca: Muhammadiyah Pelopori Satgas Perlindungan Anak dan Perempuan dan Ketika Ketimpangan Sosial Terjadi di Kawasan Elit-Alit, Ini Aksi Nyata yang Dilakukan Muhammadiyah)
Di hadapan perwakilan kader-kader Nasyiah dari 34 provinsi se-Indonesia, Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah Norma Sari SH, M Hum, mengatakan Nasyiah sebagai perempuan berkemajuan tidak boleh kalah dengan kemajuan teknologi. Nasyiah harus benar-benar berani bersaing.
Ketua PP Aisyiyah Dra Latifah Iskandar turut hadir untuk memberikan kuliah umum. Dalam ceramah yang bertema”Gerakan Perempuan Muda Berkemajuan untuk kemandirian Bangsa”, Latifah membahas tiga topik tentang perempuan. Yaitu hubungan perempuan dengan kesehatan dan kekuatan sosial. Selain itu ia juga membahas profesionalisasi perempuan. Dan bahasan terakhir adalah upaya peningkatan skill perempuan. “Dalam ketiga hal ini kader Nasyiah harus mengambil peran secara optimal. Maka kemajuan dan kemandirian bagi perempuan muda akan terwujud. Karena kemajuan dan kemandirian adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan,” papar Latifah.
(Baca juga: Inilah Tantangan Dakwah yang Harus Dihadapi Generasi Muda dan Syafiq Mughni: Kunci Jadi Pemimpin Itu Amanah)
Tanwir adalah muysawarah tertinggi setelah Muktamar, yang diadakan setiap tahun sekali. Untuk kali ini Tanwir akan mengawali rangkai Muktamar ke-13 Nasyiatul Aisyiyah. Muktamar sendiri akan berlangsung di Sportarium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 26-28 Agustus 2016.
Dalam Tanwir kali ini ada 3 agenda yang dibahas. Pleno I yang dipimpin langsung oleh Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah membahas tentang pengesahan tata tertib. Meskipun berlangsung dengan kritis, sidang tersebut tetap kondusif. Sidang Pleno II dipimpin oleh Ketua Tim Materi, membahas Pengesahan Materi Muktamar. Sidang ini berjalan dengan arif dan bijaksana, mengingat workshop materi muktamar sudah dilaksanakan jauh hari sebelum dilangsungkannya muktamar.
Dan sidang pleno III tentang pemilihan bakal calon pimpinan Nasyiatul Aisyiyah periode 2016-2020 yakni menetapkan 65 calon sementara yang kemudian akan dipilih 27 untuk dijadikan sebagai calon tetap. Dari 27 nama yang terpilih, tidak ada satu pun yang berasal dari Jawa Timur. Meski demikian, kandidat yang diusung oleh NA Jatim lolos ke 27 besar, yaitu Husnul Khotimah Husairi yang berada di urutan ke-7.
(Baca juga: Nurul Aini Hidayati, Aktivis Aisyiyah Ini Terpilih Jadi Pengawas Madrasah Kamenag dan Dengan Kursi Roda, Sesepuh Ini Hadiri Konsolidasi Aisyiyah untuk Beri Motivasi)
Berikut adalah ke-27 calon Ketua Umum PP NA 2016-2021 yang akan disaring kembali untuk menetapkan 9 anggota pimpinan.
Ulfah Mawardi (142), Khotimun Susanti (138), Norma Sari (133), Ni’matul Azizah (125), Dede Dwi Kurniasih (121), Dyah Puspitarini (120), Khusnul Khotimah Husairi (115), Fatma Wulandari (113), Ariati Dina Puspitasari (112), Sri Immawati (108), Anisia Kumala (107), Elyusra Muallimin (106), Yulianti Muthmainnah (102), Yunawati (102), Nina Siti Rosyidah (101), Alfia Nuriska (100).
Selanjutnya Hafidzotu Diyanah (96), Kurniati Pamungkas (94), Rifatul Mahmudah (89), Nur Wahidatul Muflihah (89), Subekti (85), Arum Dwi Hastuti (84), Risni Julaeni (77), Situ Rufiah (76), Dini Wahidati (76), Diyah Pikanti 75), dan Muntazhimah Nasution (73). (Hervina)