PWMU.CO – Dalam beberapa hari terakhir beredar tulisan tentang relasi ridlo-murka orangtua dengan kondisi sebuah rumah tangga. Dalam tulisan yang banyak beredar di media sosial itu, disebutkan bahwa orang yang menulis nasehat penuh kelembutan itu adalah Agus Purwanto DSc. Dosen fisika ITS, penulis buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta, sekaligus Penggagas dan Pemilik Hak Cipta Trensains Sragen, Tebu Ireng, dan Yogjakarta.
“Dan karenanya saya jadi ngetop ….tetapi maaf, itu bukan tulisan saya, Agus Purwanto, DSc dosen Fisika FMIPA ITS, penggagas Trensains dan penulis buku Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta,” demikian tulis Agus Purwanto dalam akun Facebooknya, (28/8).
(Baca juga: Dua Versi Pandangan tentang Arah Kiblat, Anda Pilih Mana? dan Ayo, Biasakan Menjamu Tamu dengan Minuman Surga)
“Mohon bantu untuk menyebarkan, agar isinya yang bagus diketahui banyak orang juga untuk mengoreksi info tentang penulisnya,” tambahnya lagi. “Bukan tulisan saya ….Salam, Agus Purwanto,” tegas Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Jatim ini sekali lagi mengklarifikasi dia bukan penulis pesan yang sudah beredar luas itu.
Tulisan yang dimaksud oleh Agus Purwanto tersebut adalah sebagai berikut:
***
Untuk segenap orang tua
Refleksi Luar Biasa dr Mas Agus Purwanto, DSc.(dosen fisika ITS penulis buku Ayatt Semesta dan Nalar Ayatt Semesta,…Penggagas Trensains→ Sragen, →Jombang–Tebu Ireng– dan →Yogja sekaligus pemilik Hak Cipta-nya)
Bagi para orang tua maupun dosen/guru yang untuk sementara waktu berprofesi sebagai pengganti orang tua di rumah. Selamat menghayati dan mengamalkan!
Urutan logika…siklus nakalnya anak dengan tidak bijaknya orang tua itu begini:
Karena anaknya nakal…maka orang tuanya murka.
Karena orang tuanya murka.. maka Allah juga murka.
Karena Allah murka…maka tidak turun rahmat di rumah itu.
Karena tidak turun rahmat di rumah itu…maka keluarga itu akan banyak masalah.
Karena keluarga itu banyak masalah…maka anaknya…tidak merasakan kebahagiaan dan tidak nyaman…sehingga akan makin nakal.
Prinsip inti siklusnya sebenarnya masih pada orang tua…yakni:
Ridla Allah…berada pada ridlanya orang tua.
Murka Allah…berada pada murkanya orang tua.
Maka strategi paling efisien untuk memutus rangkaian siklus itu…Insya Allah ada pada bagian awal…yakni mencegah orang tua murka… Bila orang tua segera menghadapi anaknya…dengan kasih sayang dan tidak dengan kemurkaan …maka orang tua itu…menunjukkan kepada Allah…bahwa mereka berdua ridla kepada anaknya…Tentu bukan ridla terhadap kenakalannya.. melainkan ridla kepada diri anaknya.
Dengan memastikan ridla kepada anak..maka orang tua akan dapat melakukan 3 tahap ini:
1. Segera memaafkan anaknya…tidak memarahinya sama sekali…dan segera berusaha memahami situasi apa yang sedang dihadapi anaknya.
2. Segera menemui…berdialog dan turut mendiskusikan…solusi terbaik apa yang harus diambil oleh anak…orang tua atau pihak lainnya…sambil terus mendoakannya.
3. Segera melupakan segala kesalahan anaknya tadi…dan tidak mengungkit-ungkitnya kembali.
وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Bila kalian memaafkannya…menemuinya dan melupakan kesalahannya…maka ketahuilah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 64:14).
Dengan konversi murka menjadi ridla…maka sekarang siklusnya jadi begini Suatu hari anak itu nakal…Orang tuanya…segera melakukan 3 tahap itu…dengan penuh kasih sayang…sebagai wujud keridlaan mereka kepada anaknya.
Karena orang tua anak itu ridla…maka Allah meridlainya.
Karena Allah meridlainya…maka rumah yang penuh ridla itu…dirahmati Allah.
Karena rumah itu penuh rahmat Allah…maka keluarga itu penuh kasih sayang…sehingga jadi makin bahagia.
Karena keluarga itu bahagia…maka anak tidak akan sempat lagi nakal…sebab setiap masalah hidupnya selalu segera mendapat solusi.
Jadi…pada setiap kenakalan anak (mohon maaf)…lokasi perbaikannya…sesungguhnya bukan pada anak…melainkan pada orang tuanya si anak…
Semoga bermanfaat…
(lazuardy arkoun)