PWMU.CO – Dalam Islam, ibadah harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Demikian juga dengan ibadah kurban. Bukan saja pemilihan hewan kurbannya yang harus baik, tetapi tata cara penyembeliahnnya juga harus baik: memenuhi kaidah syariat dan kesehatan.
Teknis penyembelihan hewan kurban yang sehat dan syari itu disampaikan Dr H Yadi Cahya dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian dalam acara “Bimbingan Teknis Penataan Pemotongan Hewan Kurban 1437/2016” yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, di Hotel Same, Malang, Selasa (30/8).
“Karena hasil penyembelihan akan dikonsumsi oleh manusia, maka harus memperlakukan hewan kurban secara baik. Bila perlakuan kurang higienis dan tepat, bisa mengakibatkan penyakit yang bisa menular pada manusia,” kata Yadi mengawali materinya.
(Baca: Peringatan! Hewan Kurban yang Syar’i dan Sehat Harus Di-ASUH dan Lazismu Targetkan Sembelih 100.000 Sapi pada Idul Kurban 1437)
Pada prinsipnya, kata Yadi, hewan kurban harus memenuhi 4 kriteria utama yang biasa disingkat ASUH. Pertama, hewan kurban harus aman, yakni secara biologis terhindar dari kuman seperti virus dan bakteri. Bebas dari residu dan tidak terkontaminasi. “Untuk memastikan bahwa hewan dalam kondisi sehat, perlu pemeriksaan tim kesehatan hewan,” saran dia.
Kedua, sambung Yadi, hewan kurban harus sehat, yaitu mengandung komposisi gizi yang dibutuhkan tubuh. Ketiga, hewan kurban harus utuh, terhindar dari bahaya dari pemalsuan. “Keempat, harus halal yaitu diperlakukan sesuai dengan kaidah agama Islam,” jelas Yadi.
(Baca juga: Idul Adha Jatuh pada 12 September 2016 dan Bersamaan! dan Urunan Qurban Massal, Sah sebagai Ibadah Qurban)
Selain memenuhi prinsip ASUH, kata Yadi, cara penyembelihan hewan kurban harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, menyangkut pra peyembelihan. “Harus diperhatikan kelayakan tempat penampungan hewan, di samping ketersediaan pakan dan minum,” urainya.
Yadi menyarankan agar sebelum dipotong, hewan kurban puasa minimal 12 jam. Selain itu, agar dalam proses penyembelihan tidak boleh disaksikan umum (relokasi). “Diusahakan hewan tidak stress, yang mengakibatkan pembuluh darah menyempit,” paparnya. “Lokasi penyembelihan juga harus bersih. Ada pemisahan ruang kotor dan ruang bersih.”
Kedua, alat-alat harus higienis. “Selain itu, alat pemotong harus tajam. Dan jangan lupa cuci tangan sebelum dan sesudah menangani hewan kurban,” jelas Yadi. Dalam hal ini, termasuk plastik pembungkus, harus bersih, transparan, dan merupakan plastik makanan.
Ketiga, lanjut Yadi, harus dibedakan dan dipisahkan antara daging dan jeroan. “Karena jeroan lebih banyak kuman penyakitnya. Juga hindari menyimpan daging dan jeroan dalam suhu kamar 25-30 derajat Celsius lebih dari 4 jam.”
(Baca juga: Ada Harga Murah di Bursa Hewan Kurban Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Muhammadiyah Gresik dan Penyediaan Daging ASUH Butuh Dukungan Ulama)
Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Afifun Nidlom SAg mengatakan bahwa dalam kegiatan ini Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim mengutus 25 peserta yang terdiri dari Majelis Tabligh, Lazismu, MPM dan Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Muhammadiyah se-Jatim.
“Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah memberikan bekal dan pemahaman kepada panitia kurban terhadap pengelolaan yang meliputi penyembelihan, pengelolaan, dan distribusi daging kurban,” ungkapnya.
Selain Dr H Yadi Cahya, pemateri lainnya adalah Dr H Iskandar Muda dari BBPP Batu dan MUI Provinsi Jatim. Sementara itu, peserta setelah menerima teori, juga diajak berkunjung ke Rumah Potong Hewan (RPH) di Kota Malang dan Pasar Sukun. (M Su’ud)