PWMU.CO – Pasca Covid-19 ada empat hikmah bagi dunia Islam. Hal ini dijelaskan Dr Pradana Boy ZTF SAg MA dalam Pengajian Ramadhan online, Kamis (14/5/20).
Dalam Pengajian Ramadhan yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik melalu Zoom di Youtube Smamio Cannel itu dia menjelaskan hikmah atau makna yang bisa diambil selama Covid-19.
Kepala Pusat Studi Islam dan Filsafat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini mengatakan untuk mempengaruhi pola pikir terhadap situasi dunia saat ini, dia mulai mengurangi membaca berita-berita yang mengerikan.
Menurutnya, mengungkap hal-hal positif dari sisi-sisi hikmah Virus Corona melalui tulisan adalah hal yang sering dia lakukan saat ini. “Meskipun tidak serial, tapi kalau disambung menjadi satu tulisan agak panjang,” katanya.
Empat Hikmah Pasca-Covid-19
Pradana Boy ZTF menjelaskan ada empat hikmah yang bisa diambil pasca Covid-19 yakni makna teologis, hubungan agama dan ilmu pengetahuan, fungsi kekhalifaan manusia, dan tantangan sekularisasi kehidupan.
Pertama, secara teologis. Tidak ada ciptaan Allah di dunia ini yang sia-sia. Menurut dosen UMM ini, Corona akan menjadi sesuatu menurut cara pendekatan kita. “Kalau pendekatannya negatif ya negatif, tapi kalau positif maka kita akan menemukan banyak sekali,” ungkapnya.
Bagi kader asal Lamongan ini menganalogikan wabah Corona dengan dalil penciptaan nyamuk yang ada pada surat al-Baqarah ayat 26 adalah hal yang paling masuk akal.
Menurut Boy, di dalam ayat ini ada qualifying signal, artinya ada proposisi. Ini adalah makna teologis karena pada dasarnya semakin meyakinkan kita bahwa peristiwa Corona ini bukan peristiwa main-main dan bukan peristiwa biasa.
Seperti yang dikutip Buya Hamka dari Tafsir Al Azhar Jilid I, halaman 148. “Tidak ada rupanya yang soal kecil. Kita bertambah iman bahwa daerah kekuasaan Allah Taala pun meliputi akan kehidupan mereka semuanya. Janganlah kita menjadi orang fasik yang tersesat karena kebekuan hati dan kesombongan. Berlagak tahu padahal tidak tahu.”
Kedua, dalam hal hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan. Pradana Boy mengungkapkan Corona merupakan isu ilmu pengetahuan. Menurutnyaa yang bisa berbicara masalah Corona secara hakikat pasti adalah para ilmuan lebih khusus pakar virus (virolog).
Oleh karena itu, lanjutnya, dalam menghadapi Virus Corona ini harus lebih suka bersikap mengikuti otoritas ilmu pengetahuan. Misal para ahli ilmu pengetahuan mengatakan penyebaran virus melalui droplet, salah satu wilayah yang rawan tertular adalah kerumunan. Maka kita harus mematuhi hal itu, karena yang berbicara adalah para ahli ilmu pengetahuan di bidangnya.
“Jika para agamawan atau pemimpin agama memegang otoritas agama itu mengeluarkan sikap keagamaan, dalam hal ini katakanlah fatwa, dengan merujuk kepada rekomendasi ilmu pengetahuan, maka bagi saya tidak ada alasan untuk tidak mengikuti,” terangnya.
Ketiga, hikmah kekhalifaan manusia. Menurut Pradana Boy seharusnya yang terjadi adalah keseimbangan itu tentang bagaimana manusia memberlakukan alam, karena manusia telah menerima tugas sebagai pengemban amanah sebagai khalifah.
“Tapi kita lihat manusia melakukan banyak sekali tindakan yang kemudian menjadikan berbagai hal tidak seimbang, terutama eksploitasi,” tuturnya.
Contohnya adalah pengambilan batu kumbung di gunung-gunung kapur sekitar Gresik-Lamongan. Dikira pengambilan itu akan berhenti ketika gunung kapur sudah rata dengan bumi, tapi nyatanya pengambilan itu terus dilakukan sampai ke dalam lagi.
Oleh karena itu, menurutnya, berefleksi barangkali dengan datangnya Virus Corona ini adalah jeda, memberikan kesempatan alam bertapa dan mengubah kondisi atau keadaan yang awalnya seperti ulat untuk bisa berubah menjadi seperti kupu-kupu.
Keempat, tantangan sekularisasi kehidupan. Dia mengambil tiga pernyataan dari beberapa tokoh terkenal dunia. Salah satunya Richard Wingmans, salah satu guru besar fisika di Texas Technology University.
Dalam tulisannya di Washington Times tanggal 31 Maret 2020, Wingmans mengatakan, “I am personally an atheist, but if #45 would die as a result of this virus, I might reconsider.” (Saya ini seorang atheis, tapi jika nomor #45 mati karena virus corona, maka saya akan mempertimbangkan untuk jadi orang beriman).
“Nomor #45, yang dimaksud adalah Donald Trump, karena bagi Wingmans, jika Trump mati karena virus corona berarti Tuhan ada dan Tuhan bekerja,” tandasnya. (*)
Penulis Ahmad Nasafi. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.