Aisyiyah dalam Pergaulan Internasional tulisan opini oleh Riana Wulanningrum, mahasiswa S2 Umsida dan guru Bimbingan Konseling Smamda Sidoarjo.
PWMU.CO-Muktamar Muhammadiyah di Jakarta tahun 2000 muncul gagasan pendirian cabang Muhammadiyah di luar negeri.Tujuannya, menyebarkan dakwah dan mengumpulkan kader di manca negara.
Sejak itu lahirlah Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah di kota-kota dunia sejak tahun 2005. Dakwah luar negeri makin kuat setelah Muktamar Makasar menetapkan gerakan internasionalisasi Muhammadiyah.
Martin van Bruinessen menyebutkan, dakwah organisasi Islam Indonesia kurang ekspansif ke luar negeri. Kalah semangat dengan Ikhwanul Muslimin (Mesir), Jamaah Tabligh (Pakistan), Ghulen Movement (Turki), dan Hizbut Tahrir (Palestina).
Sejak Muktamar Muhammadiyah tahun 2000 itu hingga kini memiliki 32 cabang istimewa. Seperti di Australia, Inggris, Mersir dan lainnya. Struktural cabang-cabang Muhammadiyah-Aisyiyah di luar negeri langsung di bawah koordinasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hubungannya bersifat afiliatif- koordinatif.
Kuantitas, kualitas, dan kelanjutan dakwah Muhammadiyah di luar negeri sangat tergantung dengan pasang surut kader mahasiswa yang belajar atau bekerja. Saat aktivis ini selesai belajar atau bekerja maka gerakan dakwah berkurang. Apalagi kalau tidak ada pendatang baru yang melanjutkan.
Karena itu sangat diperlukan mendakwahkan Muhammadiyah kepada warga setempat atau permanent resident. Dakwah luar negeri seperti ini sudah berhasil dilakukan Ikwan, Tabligh, HT bahkan Ahmadiyah dan Syiah.
Internasionalisasi Aisyiyah
Khusus agenda internasionalisasi Aisyiyah bertujuan mengenalkan gerakan perempuan Islam yang wasathiyah atau moderat. Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah langsung bergerak menggalang kerja sama dengan lembaga luar negeri untuk program kemanusian, sosialisasi, kampanye, seminar workshop, melengkapi prasarana amal usaha.
Aisyiyah juga berpartisipasi dalam forum internasional atau aktivitas di luar negeri oleh tokoh pimpinan Muhammadiyah-Aisyiyah dalam aksi kemanusiaan dan filantropi dengan berbagai negara di dunia.
Di antara lembaga luar negeri yang pernah bekerja sama dengan Aisyiyah adalah OEF (Oversea Education Fund), Mobil Oil, The Pathfinder fund, UNICEF, UNESCO, WHO, Johns Hopkins University, Usaid, Ausaid, Novib, The New Century Foundation, The Asia Foundation, Regional Islamicof South East Asia Pasific, World Conference of Religion and Peace, Unfpa, Undp, World Bank, Parnership for Governance Reform in Indonesia dan Kedutaan Besar negara sahabat.
Walau gerakan ini masih muda, namun sudah menunjukkan kiprah Aisyiyah dalam pergaulan internasional. Berdirinya cabang-cabang Aisyiyah di luar negeri membentuk jaringan yang memperkuat Muhammadiyah di Indonesia.
Dari sisi umur, Aisyiyah sudah tua. Berusia 103 tahun sejak didirikan di Yogyakarta, 19 Mei 1917 atau 27 Rajab 1335 H. Namun dalam dakwah tak ada kata terlambat. Setelah matang di dalam negeri, kini saatnya berkembang dan mewarnai dakwah di luar negeri untuk memajukan Islam. (*)
Editor Sugeng Purwanto